Gaza (ANTARA News) - Israel hari Senin menahan, kemudian membebaskan kembali putri Perdana Menteri (PM) Palestina, Ismail Haniya, atas tuduhan berusaha memasuki sebuah penjara di Israel selatan menggunakan identitas palsu, kata beberapa sumber Israel dan Palestina. Kawla Haniya yang berusia 17 tahun berusaha mengunjungi tunangannya, yang menjalani hukuman 15 tahun dalam kasus usaha pembunuhan, namun kunjungan semacam itu tidak diizinkan lantaran bukan kerabat langsung. Ia membawa kartu identitas saudara perempuan tunangannya itu, menurut laporan-laporan dari Israel, yang dikutip sejumlah kantor berita transnasional. Sejumlah orang Palestina mengatakan, Kawla Haniya ditangkap di daerah penyeberangan Erez di perbatasan antara Israel dan Jalur Gaza, ketika ia bersama keluarga dari orang-orang Palestina yang ditahan di penjara Israel. Israel mengizinkan keluarga mengunjungi tahanan setiap Senin. Juru bicara kepolisian Israel, Mickey Rosenfeld, mengatakan bahwa Kawla Haniya diinterogasi sesaat, dan kemudian dibebaskan tanpa tuduhan. Ia diizinkan bergabung lagi dengan orang-orang Palestina kembali ke Jalur Gaza, setelah mengunjungi anggota keluarga mereka yang dipenjara di Israel. Sementara itu, juru bicara penjara Israel, Orit Steltzer, mengatakan bahwa sebelumnya hanya keluarga dekat yang diizinkan mengunjungi tahanan. "Ia bukan saudara, istri, putri atau ibunya, dan karenanya tidak boleh menjenguk tahanan ini," kata Steltzer. Para pejabat Israel menolak menyebutkan nama tahanan itu, namun mereka mengatakan bahwa tunangan Kawla itu menjalani hukuman 15 tahun penjara di Israel selatan, karena kasus usaha pembunuhan. Kawla dibawa ke sebuah kantor polisi di kota Beersheba yang berdekatan untuk interogasi lebih lanjut. "Petugas-petugas penjara mengatakan bahwa Kawla mengakui menggunakan taktik serupa untuk memasuki penjara dalam beberapa kali kesempatan sebelumnya," kata Rosenfeld. Ayah Kawla, Ismail Haniya, adalah PM Palestina setelah partai Hamas pimpinannya menang dalam Pemilihan Umum (Pemilu) akhir Januari 2006. Ayah dari 13 anak itu menolak berkomentar mengenai penangkapan putrinya tersebut. Hamas oleh kalangan Israel dan dunia Barat dituduh sebagai kelompok garis keras Palestina, yang selama ini bersumpah akan menghancurkan Israel dan berbagai kepentingannya. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006