Jakarta (ANTARA) - Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Emergensi dan Rawat Intensif Anak (ERIA) Dr. dr. Ririe Fachrina Malisie, Sp.A(K) meminta agar orang tua lebih menyadari beberapa kondisi darurat (emergency) yang mungkin dapat terjadi pada anak saat mudik menggunakan pesawat terbang.

"Jangan menyangka, 'oh, kalau naik pesawat aman, deh'. Belum tentu. Jadi modalitas mudik ini yang mungkin banyak akan dipakai oleh masyarakat awam juga bisa menyebabkan hal emergensi," kata Ririe dalam diskusi media secara daring, Selasa (4/4).

Apabila bayi dan anak dalam kondisi tidak prima, termasuk mengalami batuk dan pilek yang agak berat hingga kesulitan bernapas, Ririe mengingatkan agar orang tua harus waspada. Pengaruh ketinggian terhadap kondisi oksigen dalam tubuh, jelasnya, akan menimbulkan atau berdampak emergensi salah satunya yaitu hipoksia atau kekurangan oksigen.

"Apabila anaknya sejatinya sudah mulai kurang sehat, batuk pileknya sudah rada-rada berat, hidung mampet, sementara dia sudah kesulitan untuk menghirup oksigen, misalnya, kemudian dibawa dengan perjalanan jauh mungkin 4 sampai 6 jam apalagi berbelas jam, itu kita harus waspada terhadap terjadinya hipoksia," kata dia.

Ririe menjelaskan kekurangan oksigen dapat menyebabkan napas menjadi berkurang atau bahkan meningkat. Kadar oksigen yang sangat kurang juga bisa menimbulkan gejala kejang-kejang. Kondisi ini perlu diwaspadai mengingat fasilitas emergensi yang ada di dalam pesawat memiliki keterbatasan.

Dia juga mengingatkan orang tua yang membawa bayi, terutama di bawah usia 3 bulan, harus memiliki persiapan khusus sebelum melakukan perjalanan dengan menggunakan pesawat. Apalagi mengingat adanya penurunan saturasi oksigen saat berada di dalam pesawat.

Selain hipoksia, kondisi lain yang perlu diwaspadai yaitu sindrom dysbarism yang terjadi akibat perubahan tekanan di sekitar tubuh saat berada pada ketinggian. Kondisi ini, kata Ririe, bisa menyebabkan rasa tidak nyaman di saluran cerna, seperti rasa kembung hingga mendadak muntah.

Beberapa anak yang sudah memiliki gangguan pada tuba eustachi atau saluran di telinga juga harus waspada saat memutuskan untuk menggunakan transportasi udara. Menurut Ririe, biasanya anak pada kasus tersebut akan mengalami keluhan nyeri telinga pada saat pesawat lepas landas maupun saat mendarat.


Baca juga: Kemarin, tips mudik aman hingga potensi hujan lebat saat mudik

Baca juga: Orang tua diimbau tak bawa bayi mudik pakai sepeda motor

Baca juga: Persiapan mudik bersama anak, dari moda transportasi sampai kesehatan

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2023