Singapura (ANTARA) - Harga minyak relatif stabil di perdagangan Asia pada Rabu sore, karena pasar mempertimbangkan prospek ekonomi yang suram terhadap ekspektasi penurunan persediaan minyak mentah AS dan pengumuman pengurangan produksi sukarela OPEC+.

Minyak mentah berjangka Brent naik 22 sen atau 0,26 persen, menjadi diperdagangkan di 85,16 dolar AS per barel pada pukul 07.47 GMT. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS naik 12 sen atau 0,15 persen, menjadi diperdagangkan di 80,83 dolar AS per barel.

Dukungan mengikuti laporan industri yang menunjukkan persediaan minyak mentah AS turun sekitar 4,3 juta barel dalam pekan yang berakhir 31 Maret. Laporan persediaan resmi oleh Badan Informasi Energi AS akan dirilis pada Rabu pukul 14.30 GMT.

Sentimen bullish berlanjut setelah pemotongan sukarela yang dijanjikan oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutu termasuk Rusia, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+.

"Pedagang energi masih mencerna kejutan pengurangan produksi OPEC+ dan setiap berita yang menunjukkan pasar minyak akan tetap lebih ketat akan membuat harga lebih tinggi," kata Edward Moya, seorang analis di OANDA.

Rencana OPEC+ akan membuat total volume pemotongan oleh grup menjadi 3,66 juta barel per hari (bph), termasuk pemotongan 2 juta barel per hari Oktober lalu, setara dengan sekitar 3,7 persen dari permintaan global.

Namun, aktivitas manufaktur yang lemah di AS dan China - dua konsumen minyak terbesar - telah membatasi kenaikan harga minyak.

"Saat ini muncul kekhawatiran tentang ekspansi ekonomi yang sehat karena aktivitas manufaktur China, zona euro, dan AS melambat bulan lalu," kata Tamas Varga dari broker minyak PVM.

Rekor aliran diesel Rusia ke Timur Tengah pada Maret, dan kinerja lamban dari kontrak distilasi menengah telah "bertindak sebagai rem pada setiap upaya untuk mendorong harga minyak mentah lebih tinggi," kata Varga.

Para pedagang akan mencari petunjuk tentang tren ekonomi yang lebih luas dari data penggajian non-pertanian atau non-farm payrolls AS yang akan dirilis akhir pekan ini, kata para analis.

"Non-farm payroll AS mungkin akan menjadi data ekonomi paling berpengaruh yang mendorong pergerakan pasar secara luas," kata Tina Teng, seorang analis di CMC Markets.

Baca juga: Dolar jatuh dekati terendah dua bulan, Kiwi naik karena kejutan RBNZ
Baca juga: Emas menguat, bertengger di atas 2.000 dolar AS untuk sesi kedua
Baca juga: Wall St berakhir turun, data ekonomi lemah picu kekhawatiran resesi

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023