...kondisi itu dipicu dari pelaku pasar uang...
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta Jumat sore, stagnan di posisi Rp9.605 per dolar.

"Rupiah bergerak stagnan, kondisi itu dipicu dari pelaku pasar uang masih wait and see terhadap sentimen eksternal salah satunya fiscall cliff AS yang belum ada kepastian," ujar analis pasar uang bank Himpunan Saudara, Rully Novadi Jakarta, Jumat.

Selain itu, ujarnya, pelaku pasar uang juga masih mencermati beberapa negara Eropa yang terkena downgrade peringkat utangnya.

Ia mengatakan, neraca berjalan perdagangan dalam negeri yang masih mencatatkan defisit menambah sentimen negatif.

Meski demikian, China yang menunjukkan tanda perbaikan ekonomi, menjadi sentimen positif bagi mata uang Asia termasuk rupiah agar tidak tertekan lebih dalam.

"China cukup membantu rupiah untuk tidak tertekan," kata dia.

Selain itu, lanjut dia, Bank Indonesia (BI) yang melakukan intervensi di pasar uang menahan rupiah berada dalam area negatif Jumat ini.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan, sentimen pasar uang masih negatif paska komentar Presiden bank sentral Eropa (ECB) serta proyeksi downgrade pertumbuhan dan inflasi di Eropa.

Sementara, lanjut dia, gejolak politik di Italia juga mendorong yield obligasi Italia beranjak lebih tinggi, dan otomatis menambah tekanan pada mata uang euro dan berdampak juga pada mata uang emerging market.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada, Jumat (7/12) tercatat mata uang rupiah bergerak melemah nilainya sebesar menjadi Rp9.625 dibanding posisi sebelumnya senilai Rp9.613 per dolar AS.

(KR-ZMF)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2012