Tokyo (ANTARA) - Dolar merayap lebih tinggi di sesi Asia pada Kamis sore, tetapi berdiri di dekat level terendah dua bulan karena para pedagang mempertimbangkan bagaimana data pekerjaan penting AS yang keluar pada liburan perdagangan saham akan berdampak pada kebijakan Federal Reserve, setelah serangkaian data menunjuk ke pendinginan ekonomi.

Laporan data penggajian nonpertanian (NFP) AS yang diawasi ketat pada Jumat (7/4/2023), ketika banyak pasar global tutup, akan mengikuti data sektor jasa-jasa yang mengecewakan dari Institute for Supply Management (ISM) dan angka ketenagakerjaan swasta pada Rabu (5/4/2023), serta penurunan aktivitas manufaktur AS Maret di awal pekan.

Sementara banyaknya data ekonomi yang lesu telah menyebabkan para pedagang mengurangi taruhan tentang berapa lama lagi suku bunga AS perlu bertahan di wilayah restriktif, hal itu secara bersamaan menyalakan kembali ketakutan resesi.

Itu telah membatasi selera risiko dan mengirim pedagang untuk mencari beberapa aset tempat berlindung yang aman.

Indeks dolar AS naik 0,14 persen pada 102,01, setelah meluncur ke palung dua bulan di 101,40 di sesi sebelumnya.

Yen Jepang juga menemukan beberapa dukungan dari tawaran safe haven dan bertahan sekitar 0,1 persen lebih tinggi pada 131,20 per dolar.

Sementara itu, dolar Australia dan Selandia Baru yang sensitif terhadap risiko masing-masing turun 0,39 persen dan 0,38 persen.

"Data ekonomi yang lemah terus membebani sentimen investor, memicu tawaran melarikan diri ke tempat yang aman," kata analis di Westpac dalam sebuah catatan kepada klien.

Sentimen penghindaran risiko mengirim saham AS lebih rendah pada Rabu (5/4/2023) sementara obligasi pemerintah naik, yang melihat imbal hasil 10-tahun jatuh ke level terendah sejak September. Imbal hasil turun ketika harga obligasi naik.

Imbal hasil obligasi pemerintah 10 tahun terakhir di 3,2958 persen, sedangkan imbal hasil dua tahun, yang biasanya bergerak sejalan dengan ekspektasi suku bunga, mencapai 3,7605 persen.

"Kunci untuk valas adalah interaksi antara apa yang disajikan oleh angka ekonomi AS sejauh suku bunga dan sentimen tentang kebijakan Fed," kata Ray Attrill, kepala strategi valas di National Australia Bank.

Dalam aksi mata uang lainnya, sterling turun 0,2 persen menjadi 1,2437 dolar, sementara euro tergelincir 0,14 persen menjadi 1,0891 dolar.

Tanda-tanda ekonomi yang suram telah memperkuat pandangan bahwa Fed akan membalikkan arah kenaikan suku bunga, dengan para pedagang berharap mendapatkan lebih banyak wawasan ketika Presiden Federal Reserve St. Louis, James Bullard berbicara pada Kamis.

Presiden Fed Cleveland, Loretta Mester, seorang hawkish yang terkenal, mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg TV pada Rabu (5/4/2023) bahwa masih terlalu dini untuk mengetahui apakah Fed perlu menaikkan suku bunga acuan pada pertemuan kebijakan berikutnya pada Mei.

Pasar berjangka suku bunga AS saat ini menilai peluang Fed yang kurang lebih sama untuk membiarkan suku bunga tidak berubah pada pertemuan berikutnya, dengan penurunan suku bunga ditetapkan pada awal Juli dan hingga akhir tahun.


Baca juga: Dolar menguat di awal sesi Asia jelang data penggajian non-pertanian
Baca juga: Rupiah melemah akibat kekhawatiran perlambatan ekonomi global
Baca juga: Yuan tergelincir 48 basis poin menjadi 6,8747 terhadap dolar AS

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023