Pontianak (ANTARA) - Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Khatulistiwa yang sebelumnya bernama Bank Pasar milik Pemerintah Kota Pontianak kembali berhasil menorehkan prestasinya dan kali ini sekaligus memboyong tiga penghargaan atas kinerja positifnya.

"Bank Khatulistiwa pada 2023 kembali mendapat tiga kategori penghargaan, yakni  BUMD Award 2023, Top Pembina BUMD 2023 yaitu Walikota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono dan Top CEO BUMD 2023," ujar Direktur Utama BPR Khatulistiwa, Agus Subardi di Pontianak, Jumat.

Ia mengatakan sepanjang 2023 Bank Khatulistiwa mencatatkan kinerja positif baik dari sisi tabungan masyarakat atau Dana Pihak Ketiga (DPK), pertumbuhan kredit maupun laba. Prestasi yang kelima tersebut menurutnya tidak terlepas dari kinerja positif.

"Penilaian yang pertama,  dari kinerja keuangan, yang kedua tata kelola dan yang ketiga inovasi. Untuk aset di atas Rp100 miliar kinerja sangat baik untuk BPR, Ini luar biasa bisa membawa 3 kategori," papar dia,

Pada 2022 lalu, BPR Khatulistiwa mencatat pertumbuhan kredit mencapai 104 persen, tabungan masyarakat atau DPK pencapaiannya 131 persen, laba setelah pajak naik 104 persen.

"Kredit realisasinya Rp72,352 miliar darin Rp68 miliar, DPK realisasinya Rp34 miliar, target hanya Rp29 miliar. Aset anggaran Rp95 miliar namun realisasi kita mencapai Rp102 miliar. Menariknya laba kita mencapai Rp2,4 miliar target hanya Rp2,3 miliar, berarti ada kenaikan 4,7 persen. Sementara kredit macet atau NPL BPR Khatulistiwa bisa ditekan hingga 3,17 persen. Target kita 3,6 persen tetapi kita bisa menekannya," ucap dia.

Terkait NPL BPR, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat NPL di Kalbar masih di angka belasan persen atau jauh dari ambang batas yang ditetapkan yaitu lima persen. Di tengah tingginya kredit macet BPR di Kalbar, Agus Subardi sebagai Direktur Utama PUD BPR Khatulistiwa sejak 2017, kredit macet BPR Khatulistiwa di bawah lima persen mengalami penurunan dari angka kredit macet sebelumnya pernah di angka 18 persen.

Untuk BPR, NPL tersebut kata Agus terbilang rendah dari ambang batas yang ditetapkan OJK dan masih tergolong sehat.

"Saya selalu motivasi ke karyawan agar semangat. Untuk nasabah kita selalu persuasif, saya menekankan kepada petugas jangan bosan menagih, buat yang ditagih bosan. Untuk nasabah selalu mendatangi dan mendekatkan diri. Kita kasih solusi juga. Jika nasabah tidak bisa membayar kita peta-kan penyebabnya apa. Apakah usaha tersendat tidak mampu bayar atau memang tidak mau bayar," ungkapnya.

Jika tidak mampu membayar, pihak bank kata Agus akan memberikan solusi dengan 3R yaitu restruktur, recondition dan reschedul.

"Misalnya dia merasa bunganya terlalu mahal bisa kita turunkan agar usahanya bisa melindungi, bisa juga dengan memperpanjang kreditnya disesuaikan dengan kemampuan membayar," papar dia.

Pewarta: Dedi
Editor: Guido Merung
Copyright © ANTARA 2023