Gernas Kakao yang sudah berjalan empat tahun terakhir ini, harus tetap dilanjutkan
Kendari (ANTARA News) - Peserta sarasehan atau workshop dalam rangka memperingati Hari Perkebunan Tingkat Nasional ke-55 di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, disepakat Program Gerakan Nasional (Gernas) Kakao harus tetap dilanjutkan.

"Pada intinya workshop ini, agar program Gernas Kakao yang sudah berjalan empat tahun terakhir ini, harus tetap dilanjutkan," kata Prof Dr Bustanul Arifin, salah satu nara sumber pada workshop lokakarya perkebunan yang dibuka Sekretaris Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Mukti Sardjono di Kendari, Minggu.

Selain Prof Bustanul, beberapa nara sumber penting lainnya di antaranya, Wakil Gubernur Sulawesi Tenggara H M Saleh Lasata, Presdir BT Cocoa (PT Bumi Tangerang Mesindotama) Sindra Wijaya, Ketua Lembaga Ekonomi Masyarakat/LEM Sejahtera Sultra Bambang dengan pembawa acara Prita Laura dari Metro-TV.

Menurut Bustanul Arifin, untuk meningkatkan hasil produksi kakao secara nasional, pemerintah daerah khususnya di daerah sentra tidak membiarkan petani beralih profesi dari petani perkebunan kakao ke perkebunan lainnya khususnya swait.

Ia mengatakan, beberapa daerah sentra penghasil kakao di Tanah Air dari tahun ke tahun produksinya akan mengalami penyusutan, karena selain kurangnya pembinaan pada petani, juga pasca panen belum seluruhnya petani itu mendapat bimbingan langsung dari petugas penyuluh.

Akibatnya, produksi kakao masih sangat rendah, yakni masih berkisar antara 500-650 kilogram per hektare atau sangat jauh dari potensi yang diharapkan daerah dan petaninya yang sudah mapan, yang bisa menghasilkan 1,5 ton per hektare.

Hasil survei menyebutkan bahwa pada umumnya petani di Sulawesi khususnya di Sulsel, sebagian petani kakao memanen cukup sering, pada aturannya tidak harus begitu, disamping petani tidak melakukan fermentasi karena petani menganggap harga kakao kering dinilai lebih penting dibanding kakao fermentasi.

"Yang kita harapkan, agar Gernas Kakao, apalagi dengan teknologi kultur jaringan, menjadi harapan baru bagi peningkatan produktivitas dan mutu kakao nasional," ujar Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian Unila.

Hal senada diungkapkan Presdir BT Cocoa Sindar Wijaya yang mengungkapkan, program Gernas Kakao yang dimulai tahun 2009 itu harus berkesinambungan dan perhatian pemerintah kepada daerah penghasil bahan baku terbesar di Indonesia.

"Yang kita ketahui bahwa sekitar 80 persen produksi kakao nasional itu bahan bakunya dihasilkan dari petani di sulawesi yakni Sulawesi Tengah (18,33 persen), Sulawesi Selatan (17,78 persen), Sulawesi Tenggara (16,46 persen) dan Sulawesi Barat (13,72 persen)," katanya.

Sementara provinsi lainnya dengan produksi antara 3-8 persen yakni di Sumatera Utara (8,28 persen), Aceh (3,32 persen), Sumatera Barat (3,79 persen) dan Lampung (3,26 persen). Sedangkan provinsi yang memproduksi 1-2 persen dari total nasional itu ada di Jawa Timur, NTT, Kaltim, Papua dan provinsi lainya.

Menurut Sindar, dari luas areal perkebunan kakao nasional 1,6 juta hektare itu, baru sekitar 30 persen tersentuh dengan program Gernas, atau masih sekitar 70 persen areal perkebunan itu belum tersentuh dengan program Gernas.

Workshop perkebunan nasional dengan thema "Aktualisasi Komitmen Pemerintah Daerah dan Pelaku Agribisnis Kakao dalam Pembangunan Perkebunan Bekelanjutan: Kasus Kakao" diharapkan agar di hari perkebunan yang puncak peringatannya pada 10 Desember 2012 dapat membuat satu kesimpulan bahwa Gernas Kakao harus tetap menjadi titik perhatian untuk terus dikembangkan dan dilanjutkan.

Wagub Sultra, HM Saleh Lasata mengatakan, atas nama pemerintah dan masyarakat Sultra pada umumnya, menyampaikan terima kasih atas ditunjuknya Sultra sebagai tuan rumah penyelenggara hari perkebunan nasional.
(A056)

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2012