Sidoarjo, (ANTARA News) - Memasuki hari kedua pasca kebocoran gas liar di sekitar sumur pengeboran di sumur Banjar Panji (BJP) 1 milik PT Lapindo Brantas yang terletak di Desa Renokenongo, Selasa (30/5), ribuan warga Desa RT7, 8 dan 9 RW09 Desa Siring, Porong Sidoarjo tetap resah dan ketakutan. Informasi yang dihimpun ANTARA menyebutkan, perasaan cemas warga itu, karena letak posisi permukiman ini paling dekat dengan sumber kebocoran. Untuk mengantisipasi adanya keracunan, pihak PT Lapindo Brantas membagikan air bersih kepada warga Siring. Tidak kurang lima tangki air minum disalurkan kepada warga sebagai pengganti rusaknya sumur warga yang diduga tercemar gas beracun. Berbagai upaya untuk menghentikan kebocoran sudah dilakukan dengan cara disumbat dengan jalan diinjeksi Lumpur oleh pihak PT Lasindo, namun hingga Selasa kebocoran masih sempat muncul. Bahkan semburan bau gas seperti bau septiktank semakin menyengat hidung. Menurut sejumlah warga, mereka masih dilarang mengunakan sumber air sumur untuk keperluan memasak atau mandi, karena diduga gas yang keluar dari perut bumi tersebut setelah terjadi patahan karena imbas gempa di Jogjakarta, Sabtu lalu. "Asap putih dengan bau menyengat hidung sempat keluar subuh tadi. Banyak warga yang mengaku pusing dan mual-mual karena bau menyengat itu," kata Ny Ika, warga RT 9 RW 2 Desa Siring Kecamatan Porong. Mendapat bencana dadakan tersebut, hingga saat kini sebagian warga masih dilarang menghidupkan api dan memasak, karena dikhawatirkan air sumur dan tanah yang diambil warga terkontaminasi bahan beracun. Selain itu juga dikhawatirkan gas yang bocor yang didentifikasikan sebagai H2S (Hidrogen Sulfide) itu berbahaya bila terkena api. "Kita tidak boleh menyalakan api atau kompor dan memasak. Yang kasihan anak-anak karena banyak yang mengeluh sesak napas, akhirnya mereka diungsikan ke Sidoarjo, Tanggulangin dan Porong," katanya. Berdasarkan data yang dikumpulkan di lapangan, ternyata yang gas bocor dan menyebar ke permukaan adalah jenis gas H2S. Jenis gas ini termasuk gas yang berbahaya bagi kesehatan, apabila konsentrasinya melebihi takaran dan terhirup oleh pernafasan. Community Development Koordinator PT Lapindo Brantas Inc, Diaz menyebutkan gas yang bocor dari kedalaman bumi tersebut adalah jenis H2S (Hidrogen Sulfide). Meski berbahaya, namun pihaknya menjamin gas tersebut tidak sampai membahayakan warga sekitar, karena H2S yang bocor itu konsentrasinya tidak sampai mencapai 10 ppm (part per million) atau di bawah takaran garis sehingga tidak membahayakan "Yang keluar dari retakan bumi itu H2S dan kami sudah cek dengan alat detektor gas di areal kebocoran dan sekitar 30 meter, ternyata hanya mencapai 9 ppm. Sedangkan di kawasan penduduk konsentrasi H2S nol atau tidak ada, sehingga tidak berbahaya," kata Diaz. Selama ini Lapindo berupaya melakukan injeksi lumpur untuk menghentikan kebocoran. Injeksi lumpur yang dicampur dengan semacam gel itu untuk menutup retakan-retakan yang terjadi di dalam tanah. Akibat luapan isi perut bumi berwarna hitam pekat dan memunculkan bau dari sumur pengeboran sedikitnya sawah dan tanah kosong seluas tiga hektar milik warga dan petani setempat rusak. Kini sawah tersebut dipasangi "police line" oleh pihak kepolisian. "Police line ini kami pasang sejak Selasa pukul 07.00 WIB. Untuk sementara warga dilarang untuk melintas atau bekerja di sawah hingga keadaan benar-benar dinyatakan aman," kata beberapa petugas dari Lapindo. Pernyataan berbeda disampaikan, Sekjen Dewan Lingkungan Sidoarjo, Nurul Ahdi. Menurut dia, hingga saat ini baunya masih menyengat di sekitar lokasi kebocoran, meskipun sudah tidak ada lagi asap yang keluar. Meski demikian, lanjut dia, bau menyengat itu sangat berbahaya, karena malah sulit dideteksi dari mana gas yang bocor tersebut. Bisa jadi debu bekas lumpur hitam yang keluar dari sumur pengeboran dan terbawa angin itu justru yang mengandung B3 (bahan berbahaya beracun). (*)

Copyright © ANTARA 2006