kami belajar dan menemukan keluarga
Jakarta (ANTARA) - Masjid Lautze di Jakarta Pusat mengedepankan aspek komunitas dan sisi kekeluargaan dalam memberikan pembinaan kepada mualaf agar terus semangat dalam mempelajari keyakinan baru.

Ali Muchtar, seorang mualaf di Masjid Lautze mengatakan bahwa aspek kekeluargaan itu merupakan hal berharga yang membantunya mempelajari islam secara komprehensif sejak 13 tahun lalu.

"Salah satu yang paling berharga menurut saya adalah aspek komunitas atau aspek kekeluargaan," ungkap Ali Muchtar di Masjid Lautze pada Selasa.

"Saya sudah menjadi mualaf selama 13 tahun. Dalam kehidupan berjamaah, baik di dalam masjid atau di luar masjid, banyak hal yang kemudian kami bangun bersama," tutur dia.

Ali menjelaskan, seorang mualaf memerlukan bantuan dari komunitas karena harus mempelajari hal-hal baru, baik itu terkait dengan tata cara ibadah sampai hal-hal lain yang berkaitan dengan unsur agama di kehidupan sehari-hari.

"Ibarat bayi yang diasuh dengan cara-cara khusus, begitu juga dengan mualaf yang perlu dibimbing dengan cara-cara istimewa pula," kata Ali.

"Khususnya bagi para mualaf, aspek komunitas membantu kami belajar dan menemukan keluarga selain keluarga karena hubungan darah. Di sini juga banyak bantuan yang kami dapat, misalnya pemeriksaan dan pengobatan gratis, bantuan zakat, dan tentunya kedekatan dengan Tuhan. Seperti yang saya katakan, hidup berkomunitas di sini adalah rezeki bagi kami," ungkap Ali. 

Baca juga: Yayasan Kalla-Daarut Tauhid luncurkan program pemberdayaan mualaf

Iktikaf

Masjid Lautze di Jakarta Pusat memanfaatkan momentum iktikaf di Bulan Ramadhan 1444 H untuk memberikan pengajaran tentang Al Quran sekaligus pembinaan cara beribadah kepada para mualaf.

"Di Masjid Lautze, kalau dibilang iktikaf juga bukan iktikaf yang sebenarnya ya, karena sebagian besar-besar teman-teman mualaf juga belum bisa membaca Al Quran dan belum paham juga tata cara iktikaf," kata ustadz sekaligus pengurus masjid Lautze, Qiu Xue Long yang biasa dipanggil Naga Kunadi di Jakarta.

"Untuk itu kami fokuskan iktikaf di masjid ini dengan pengajaran Alquran dan kegiatan pembinaan mualaf," kata Naga di Masjid Lautze.

Menurut keterangan Naga, iktikaf di Masjid Lautze sudah diadakan sejak 2003, satu tahun setelah dirinya menjadi mualaf. 

"Saat itu kami bersama teman-teman berupaya untuk mengadakan iktikaf bersama yang kami khususkan bagi para mualaf. Saat itu kita memang masih belajar, karena kan masih awal," kata Naga.

Naga melanjutkan, pada periode iktikaf mereka akan menggiatkan Shalat Tarawih setiap malam sambil melakukan pembinaan dan pengajaran para mualaf. 

"Sebenarnya kami cukup kesulitan, karena kebanyakan dari para mualaf masih sibuk dengan pekerjaannya. Jadi untuk nginap di masjid pada saat iktikaf mereka juga masih berupaya untuk meluangkan waktu," jelas Naga.

"Ada yang jam 10 malam sudah pulang ke rumah karena belum terbiasa atau karena besoknya masuk kerja. Namun itu semua bagian dari proses pembinaan mualaf," ungkap Naga. 

Menurut Naga, untuk para mualaf yang sudah lama biasanya menginap sampai pagi untuk membantu pengurus masjid memberikan bimbingan belajar Al Quran kepada mualaf baru.

"Untuk sekarang kami masih butuh sumber daya manusia, khususnya untuk pembinaan mualaf. Saya sendiri sebenarnya masih butuh proses panjang sebagai seorang ustadz. Terlepas dari itu kami bersama para mualaf tentunya selalu berupaya untuk terlibat dalam proses belajar bersama," tutup Naga. 

Zakat

Panitia penerima zakat di Masjid Lautze di Jakarta Pusat menyatakan akan fokus menyalurkan zakat fitrah kepada kalangan mualaf yang kurang mampu.

"Selain butuh dukungan religius, mereka (para mualaf) juga butuh dukungan material. Itu yang menjadi fokus kami pada pengaturan zakat di Masjid Lautze," kata Naga Kunadi.

Naga menjelaskan, pembagian zakat akan dijalankan sesuai prosedur dan setelah melalui persetujuan dari Yayasan Haji Karim Oei yang menaungi masjid ikonis Tionghoa di Jakarta itu.

"Kebanyakan selama ini di masjid-masjid lain, zakat dibagikan kepada fakir miskin dan anak yatim, tetapi para mualaf sering kali dilupakan," kata dia.

Untuk teknis pembagian, Naga menyatakan bahwa pengurus masjid memiliki data para jemaah mualaf yang kurang mampu atau kalangan mualaf yang sebelumnya belum pernah mendapatkan zakat fitrah.

"Makanya di masjid ini kami berupaya untuk memfokuskan pembagian zakat kepada para mualaf, khususnya yang kurang mampu," kata Naga.

Kendati tidak menyebutkan proyeksi penerimaan zakat selama Ramadhan 1444 H tahun ini, namun Naga optimistis akan meningkat berkat kondisi perekonomian yang membaik setelah pandemi COVID-19.

"Penerimaan zakat Masjid Lautze sebelumnya pada masa pandemi COVID-19 2020 menurun drastis dari pada masa-masa sebelumnya. Namun kemudian pada masa setelah pandemi, yakni sejak tahun 2021, penerimaan zakat meningkat drastis, bahkan lebih dari penerimaan zakat sebelum masa pandemi," kata Naga.

Baca juga: Masjid Lautze fokus salurkan zakat fitrah kepada mualaf kurang mampu

Baca juga: Masjid Lautze khususkan iktikaf untuk pembinaan mualaf

Baca juga: Wapres serahkan beasiswa SKSS dan untuk mualaf dari Baitul Mal Aceh

Pewarta: Redemptus Elyonai Risky Syukur
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2023