Apabila suatu wilayah sering dilanda aktivitas gempa bumi dengan kekuatan kecil atau sedang yang relatif tidak berbahaya, dapat diartikan wilayah tersebut telah melepaskan energi gempa bumi secara perlahan
Denpasar (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan rangkaian gempa bumi yang terjadi di Bali selama dua pekan terakhir pada April 2023 berpotensi dapat mengurangi akumulasi energi yang lebih besar.

"Apabila suatu wilayah sering dilanda aktivitas gempa bumi dengan kekuatan kecil atau sedang yang relatif tidak berbahaya, dapat diartikan wilayah tersebut telah melepaskan energi gempa bumi secara perlahan," kata Kepala BMKG Wilayah III Denpasar Cahyo Nugroho di Denpasar, Selasa.

Menurut dia, gempa bumi merupakan bentuk pelepasan energi yang ada di dalam bumi sehingga tidak bisa dihindari dan merupakan hal yang wajar.

Dia menjelaskan aktivitas gempa bumi dirasakan, yang terjadi di sekitar wilayah Bali akhir-akhir ini tidak bisa dilepaskan dari kondisi tektonik di Pulau Dewata yang terletak di antara dua generator gempa bumi utama.

Dua generator gempa itu yaitu zona subduksi lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia di selatan Bali dan zona Back Arc Thrust atau sesar naik busur belakang di utara Bali.

Selain itu, Bali juga memiliki sumber gempa bumi lain di antaranya yang berada di Bali Barat-Bali Utara yakni Sesar Negara, Sesar Seririt, Sesar Tejakula dan Sesar Culik yang berada di darat.

"Hal ini menyebabkan pulau Bali menjadi salah satu wilayah yang memiliki aktivitas kegempaan yang tinggi," katanya.

Selama dua pekan pada April 2023, telah terjadi beberapa aktivitas gempa bumi yang dirasakan di sekitar wilayah Bali baik yang terjadi di utara maupun selatan Pulau Bali.

Gempa bumi dirasakan pertama terjadi pada Selasa (4/4) pukul 02.26 WITA.

Hasil analisis BMKG menunjukkan gempa bumi itu berkekuatan magnitudo 4,6 dengan episentrum terletak pada koordinat 8,87 Lintang Selatan (LS) dan 115,69 Bujur Timur (BT) atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 48 kilometer tenggara Klungkung, Bali pada kedalaman 74 kilometer.

Cahyo Nugroho menjelaskan dampak gempa bumi berdasarkan laporan masyarakat berupa guncangan dirasakan di wilayah Lombok Barat, Lombok Tengah, Mataram, Karangasem, Kuta, Denpasar dengan skala III MMI yakni getaran dirasakan nyata dalam rumah dan terasa getaran seperti truk yang sedang melintas.

Kemudian, gempa bumi kedua terjadi pada Minggu (9/4) pukul 18.38 WITA yang berdasarkan hasil analisis BMKG menunjukkan gempa bumi itu berkekuatan magnitudo 2,7.

Episentrum gempa itu terletak pada koordinat 8,40 LS dan 115,73 BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 23 kilometer tenggara Karangasem, Bali pada kedalaman 17 kilometer.

Dampak gempa bumi berdasarkan laporan masyarakat berupa guncangan dirasakan di wilayah Karangasem II MMI yakni getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang.

Gempa ketiga dan keempat terjadi di selatan Pulau Bali Senin (10/4) dengan selisih waktu satu menit yaitu pada pukul 08.36.20 dan 08.37.29 WITA.

Hasil analisis BMKG menunjukkan gempa bumi ini memiliki parameter yang diperbarui dengan magnitudo 4,9 dan 5,0 dari sebelumnya magnitudo 5 dan 5,2.

Episentrum gempa bumi masing-masing terletak pada koordinat 9,60 LS dan 115,11 BT dan 9,65 LS dan 115,10 BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 86 kilometer arah Selatan Kota Denpasar, Bali pada kedalaman 49 kilometer dan 50 kilometer.

Kedua gempa bumi itu dirasakan di daerah Kuta, Denpasar, Mataram, Lombok Barat, Lombok Tengah dengan skala intensitas III MMI, daerah Kuta Selatan, Karangasem, dan Sumbawa Barat dengan skala intensitas II - III MMI.

Baca juga: BMKG: Dua kali gempa di Bali hari ini akibat aktivitas subduksi lempeng

Baca juga: Gempa bermagnitudo 5,2 mengguncang Bali Selatan, getarannya terasa hingga NTB

Baca juga: BMKG: Gempa tektonik di selatan Bali tidak berpotensi tsunami

Baca juga: BMKG: Gempa bermagnitudo 5,0 guncang Bali selatan

 

Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2023