Washington (ANTARA) - Kreditor global, negara debitur dan lembaga keuangan internasional pada Rabu (12/4/2023) sepakat untuk meningkatkan pembagian data, menetapkan jadwal yang lebih jelas dan mengambil langkah lain yang bertujuan untuk memulai proses restrukturisasi utang.

Bank Dunia, Dana Moneter Internasional (IMF) dan India, presiden Kelompok 20 (G20) ekonomi utama saat ini, mengeluarkan pernyataan bersama setelah pertemuan penuh pertama Global Sovereign Debt Roundtable baru, yang diadakan selama pertemuan musim semi IMF dan Bank Dunia di Washington.

Namun demikian, pernyataan itu tidak menyebutkan komitmen apa pun oleh China, kreditor bilateral terbesar di dunia, untuk mempercepat proses restrukturisasi.

Reuters melaporkan Beijing siap untuk membatalkan permintaannya agar bank-bank pembangunan multilateral berbagi kerugian restrukturisasi utang, sebagian dengan imbalan IMF dan Bank Dunia memberikan akses lebih awal ke analisis kesinambungan utang mereka untuk negara-negara yang menerima penanganan utang.

Tetapi pernyataan itu hanya mencakup bagian lembaga dari tawar-menawar itu, untuk berbagi lebih banyak informasi lebih cepat dan bagi bank pembangunan untuk menghitung "net positive flows" dari pembiayaan lunak dalam kasus restrukturisasi.

"Diskusi difokuskan pada tindakan yang dapat diambil sekarang untuk mempercepat proses restrukturisasi utang dan membuatnya lebih efisien, termasuk di bawah Kerangka Bersama G20," kata pernyataan itu.

Pertemuan itu terjadi di tengah penundaan yang sedang berlangsung dalam menyelesaikan perjanjian penanganan utang untuk Zambia, Ghana dan Ethiopia di bawah Kerangka Kerja Bersama G20, meskipun kepala strategi IMF Ceyla Pazarbasioglu pada Rabu (12/4/2023) mengatakan dia mengharapkan "kabar baik" tentang kasus Zambia minggu depan.

Para pejabat AS dan lainnya menyalahkan penundaan tersebut sebagian besar karena keterlambatan China, yang sekarang menjadi kreditor bilateral terbesar di dunia, dan keengganan kreditor sektor swasta untuk bergabung.

Ghana, Zambia, dan Etiopia berada pada berbagai tahap proses, tetapi pakar utang mengatakan kesepakatan China untuk memberikan jaminan pembiayaan bagi Sri Lanka, negara berpenghasilan menengah yang tidak memenuhi syarat di bawah kerangka G20, dapat memberikan momentum baru untuk bergerak maju dalam kasus-kasus terpisah tersebut.

Pernyataan itu mengatakan para peserta meja bundar utang sepakat tentang pentingnya untuk segera meningkatkan pembagian informasi tentang proyeksi ekonomi makro dan penilaian kesinambungan utang dalam kasus penanganan utang.

Dikatakan IMF dan Bank Dunia akan dengan cepat mengeluarkan panduan staf tentang pembagian data pada setiap tahap proses restrukturisasi, menyelesaikan frustrasi yang disuarakan oleh China dan kreditor lain tentang kurangnya informasi yang memadai.

Para peserta juga membahas peran bank pembangunan multilateral (MDB) dalam proses restrukturisasi utang melalui penyediaan "net positive flows" dari keuangan konsesional, dan menyambut keringanan utang implisit yang diberikan oleh unit Bank Dunia, International Development Association melalui suku bunga pinjaman rendah atau tanpa bunga dan hibah.

Peserta setuju untuk menyelenggarakan lokakarya dalam beberapa minggu mendatang tentang cara menilai dan menegakkan perbandingan perlakuan terhadap kreditor, dan mengatakan bahwa mereka akan bekerja berdasarkan prinsip-prinsip mengenai tanggal batas waktu, penangguhan pembayaran utang formal pada awal proses, perlakuan tunggakan, dan perimeter utang yang akan direstrukturisasi, termasuk utang dalam negeri.

"Pekerjaan ini juga akan membantu mengklarifikasi potensi jadwal untuk mempercepat restrukturisasi utang," kata pernyataan itu.

Dikatakan IMF, Bank Dunia dan kepresidenan G20 akan terus bekerja sama secara erat dan dengan mitra lainnya untuk lebih mendukung tanggapan internasional terhadap tantangan utang saat ini.

Secara terpisah, Menteri Keuangan Jepang Shunichi Suzuki mengatakan Jepang, Prancis, dan India akan mengumumkan platform baru bagi kreditor untuk mengoordinasikan restrukturisasi utang Sri Lanka, menambahkan akan "sangat baik" jika China bergabung dalam upaya tersebut.

Baca juga: China desak G20 lakukan aksi bersama untuk atasi utang global
Baca juga: IIF: Utang global catat penurunan tahunan pertama sejak 2015
Baca juga: Sri Mulyani: Resesi hingga perubahan iklim ancam global di 2023

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023