Sepertinya reli harga minyak mentah akhirnya membentur tembok
Beijing (ANTARA) - Harga minyak naik tipis di awal perdagangan Asia pada Jumat pagi, setelah turun satu persen di sesi sebelumnya, karena pasar mempertimbangkan kondisi pasokan yang mendukung menjelang laporan prospek permintaan bulanan Badan Energi Internasional (IEA).

Minyak mentah berjangka Brent naik 17 sen atau 0,2 persen, menjadi diperdagangkan di 86,26 dolar AS per barel pada pukul 00.35 GMT. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) naik 20 sen atau 0,2 persen, menjadi diperdagangkan di 82,36 dolar AS per barel.

Prospek pasokan yang lebih ketat karena perkiraan produksi yang lebih rendah di Rusia mendukung harga.

"Ekspor Rusia menunjukkan tanda-tanda melemah karena produksi dilaporkan telah dibatasi 700.00 barel per hari," kata analis dari ANZ Bank dalam catatan klien pada Jumat pagi, dikutip dari Reuters.

Di sisi permintaan, perhatian investor terfokus pada laporan pasar minyak bulanan IEA yang akan dirilis hari ini, dengan kemungkinan badan tersebut akan menurunkan prospek permintaan global karena pertumbuhan ekonomi makro yang goyah.

Laporan bulanan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) yang dirilis pada Kamis (13/4/2023) menunjukkan risiko penurunan prospek permintaan musim panas, mengutip latar belakang pertumbuhan yang lebih lemah, kebijakan moneter yang lebih ketat, dan ketidakstabilan di sektor keuangan global.

Namun, data perdagangan China yang dirilis kemarin, yang menunjukkan impor minyak mentah naik 22,5 persen secara tahun ke tahun pada Maret, memicu sentimen bullish mengenai pemulihan ekonomi China.

Level yang sedikit lebih tinggi pada Jumat pagi terjadi pada akhir pekan di mana kedua harga acuan mencapai level tertingginya dalam lebih dari dua bulan didukung data inflasi AS yang melambat dan dolar yang melemah.

WTI telah melonjak 2,0 persen sepanjang minggu ini, sementara Brent 1,3 persen lebih tinggi, dengan kedua harga acuan membukukan kenaikan mingguan keempat berturut-turut.

Indeks dolar AS ditutup pada Kamis (13/4/2023) di level terendah sejak awal Februari, setelah rilis data harga konsumen dan produsen AS minggu ini memicu ekspektasi bahwa Fed mendekati akhir siklus kenaikan suku bunga.

Pelemahan greenback membuat minyak berdenominasi dolar lebih murah bagi investor yang memegang mata uang lain, meningkatkan permintaan.

Namun, para analis menyatakan bahwa harga saat ini dapat mewakili batas teknis.

"Sepertinya reli harga minyak mentah akhirnya membentur tembok," kata analis OANDA Edward Moya dalam sebuah catatan.

Baca juga: Minyak jatuh karena ambil untung setelah sentuh tertinggi multi-bulan
Baca juga: Minyak jatuh di Asia, investor berhati-hati tentang risiko resesi AS
Baca juga: Minyak turun di awal sesi Asia, investor waspadai kekhawatiran resesi

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2023