Indeks Nikkei Jepang menambahkan 1,1 persen dan saham Singapura terangkat 0,5 persen
Sydney (ANTARA) - Saham Asia menguat pada awal perdagangan Jumat, ketika Singapura menjadi negara terbaru yang menghentikan pengetatan kebijakannya dan pasar menjadi lebih percaya diri kemungkinan kenaikan suku bunga AS berikutnya akan menjadi yang terakhir pada siklus ini.

Sinyal dovish membantu menjaga emas yang tidak memberikan imbal hasil mendekati tertinggi satu tahun, sementara euro memimpin paket mata uang karena Bank Sentral Eropa (ECB) tetap hawkish.

Otoritas Moneter Singapura (MAS) mengejutkan banyak orang dengan membiarkan kebijakan tidak berubah, mengatakan pengetatan yang sudah berlangsung akan memastikan inflasi melambat tajam akhir tahun ini.

MAS bergabung dengan bank sentral di Kanada dan Australia dalam menahan kenaikan, sementara Federal Reserve AS diperkirakan hampir berhenti setelah laporan harga produsen yang lemah.

Pasar berjangka masih menyiratkan peluang 67 persen Fed akan menaikkan suku bunga pada Mei, tetapi kemudian hampir nol peluang kenaikan lebih lanjut dan mungkin pemotongan 50 basis poin pada akhir tahun.

Angka penjualan ritel AS akan dirilis di akhir sesi dan beberapa analis memperingatkan risiko kejutan penurunan, yang akan mendukung perubahan dovish.

Prospek puncak suku bunga membantu mengimbangi kekhawatiran tentang resesi dan indeks MSCI terluas dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang menguat 0,4 persen.

Indeks Nikkei Jepang menambahkan 1,1 persen dan saham Singapura terangkat 0,5 persen. Indeks CSI 300 saham-saham unggulan China menguat 0,2 persen, dengan prospek ekonomi cerah oleh kinerja perdagangan yang sangat optimis.

"Keuntungan ekspor China Maret yang lebih kuat dari perkiraan menunjukkan bahwa pemulihan ekonomi berbasis lebih luas dari ekspektasi kami, dan kami telah merevisi perkiraan PDB kuartal pertama kami," tulis analis di JPMorgan dalam sebuah catatan, memperkirakan tingkat tahunan yang disesuaikan secara musiman sebesar 10,2 persen kuartal-ke-kuartal dari 9,0 persen sebelumnya.

EUROSTOXX 50 berjangka bertambah 0,3 persen dan FTSE berjangka naik 0,2 persen. Indeks S&P 500 berjangka dan Nasdaq berjangka stabil setelah kenaikan tajam semalam.

Investor sekarang bersiap untuk laporan laba dari Citigroup Inc, Wells Fargo dan JPMorgan Chase & Co yang dapat menguji sentimen bullish mengingat tekanan baru-baru ini di sektor perbankan.

"Kami akan melihat telekonferensi bank untuk mengikuti diskusi seputar simpanan, standar pinjaman, dan penyesuaian apa pun terhadap pendanaan bank yang mungkin direncanakan, termasuk lebih banyak penjualan utang," kata analis di NatWest Markets, dikutip dari Reuters.

Dengan output industri Uni Eropa yang mengalahkan ekspektasi dan inflasi terbukti kuat, pasar masih memperkirakan setidaknya 50 basis poin lebih banyak pengetatan di sana dan tidak ada pemotongan tahun ini.

Divergensi melihat spread antara imbal hasil 10 tahun AS dan obligasi Jerman menyusut ke level terkecil dalam dua tahun mendekati 100 basis poin.

Penembusan di bawah 100 basis poin akan melihat spread pada titik tersempit sejak awal 2014, ketika euro naik ke sekitar 1,3600 dolar. Pada Jumat, mata uang tunggal menguat di 1,1059 dolar, setelah mencapai puncak satu tahun di 1,1068 dolar semalam.

Euro juga mendekati level tertinggi yang terlihat pada November di atas 146,00 yen, dan melonjak ke puncak 10 bulan terhadap dolar Singapura setelah keputusan MAS.

Dolar relatif stabil terhadap yen di 132,57 yen, didukung oleh sikap kebijakan bank sentral Jepang yang masih sangat longgar.

Semua pembicaraan tentang penurunan suku bunga AS di masa depan telah memberikan dorongan pada emas yang tidak memberikan imbal hasil, dengan logam kuning naik di 2.044 dolar AS per ounce setelah mencapai puncak satu tahun di 2.048,71 dolar AS semalam, tidak jauh dari puncak sepanjang masa di 2.069,89 dolar AS.

Baca juga: IHSG diperkirakan menguat ikuti bursa kawasan dan global
Baca juga: Saham Asia dibuka melemah, sektor teknologi tekan ekuitas Hong Kong
Baca juga: Saham Eropa dibuka naik tipis menjelang data inflasi AS

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2023