Singapura (ANTARA) - Singrow, perusahaan agri-genomik asal Singapura telah mengembangkan sebuah proyek riset untuk mempromosikan varietas stroberi yang tumbuh di kawasan tropis, serta mempromosikan kemitraan pertanian waralaba di Malaysia dan Thailand.

Proyek itu bertujuan untuk mempercepat rencana ekspansi global perusahaan tersebut.

Rencana tersebut diharapkan dapat meningkatkan produksi stroberi Singrow setidaknya 100 kali lipat dan berdasarkan kesepakatan bunga, dan sebagian produksi stroberi dari proyek itu hanya akan dikirim ke Singapura.

Skenario itu akan memungkinkan pemenuhan pasokan selama setahun penuh akan stroberi musiman berkualitas tinggi yang memiliki harga sebanding dengan produk lain di seluruh dunia yang ditanam secara tradisional.

Menurut pihak Singrow, harga, kualitas dan ukuran dari stroberi mereka saat ini sebanding dengan produk sejenis yang berasal dari Jepang maupun Korea Selatan yang dihargai sekitar 25-50 dolar Singapura (sekitar Rp 277-550 ribu) per kemasan yang berisi 9-12 buah stroberi berkualitas tinggi.

Singrow berencana untuk menerapkan model pertanian mereka ke sejumlah negara lain dengan harapan untuk menurunkan harga stroberi ke kisaran 12-15 dolar Singapura (sekitar Rp 133-166 ribu) per kemasan.

Baca juga: Jepang kembangkan robot pemetik stroberi

Selain itu, perusahaan tersebut juga akan mampu menanam stroberi tanpa menggunakan pestisida dan pupuk.

CEO Singrow Bao Shengjie yakin bahwa rencana tersebut akan membantu Singapura dalam upayanya untuk menjadi negara swasembada pangan.

Namun, ia juga mengakui bahwa dengan hanya satu persen lahan Singapura yang digunakan untuk pertanian, ditambah lagi dengan terbatasnya sumber daya, maka sektor pertanian negara tersebut memerlukan cara-cara baru untuk meningkatkan produksi pangan.

Menteri Perdagangan dan Industri Singapura Alvin Tan mengatakan bahwa pemerintah akan terus memberikan bantuan dalam hal keuangan dan ekspansi bisnis kepada berbagai perusahaan pertanian berbasis teknologi (agri-tech) seperti Singrow.

Pada 2021, Singapura meluncurkan Agri-Food Cluster Transformation Fund senilai 60 juta dolar AS sebagai dukungan kepada para petani untuk menerapkan teknologi dalam produksi pangan lokal.

Dana tersebut dikelola oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Keberlanjutan Singapura dengan tujuan menyokong perusahaan seperti Singrow untuk meningkatkan produktivitas dan kapasitas produksinya di sejumlah wilayah pertanian yang lebih kecil.

Kementerian tersebut menekankan pentingnya upaya untuk mengembangkan industri agri-tech sebagai dorongan pertumbuhan utama dengan dukungan pemerintah.

Sumber: VNA-OANA

Baca juga: Potret Timur Tengah: Palestina gunakan biochar budi daya stroberi

Baca juga: AS, Kanada selidiki wabah Hepatitis A yang terkait stroberi organik

Penerjemah: Tegar Nurfitra
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2023