Jakarta (ANTARA News) - Banyak pengemudi kendaraan umum dan pribadi di Jakarta mulai mengeluhkan aksi-aksi penggalangan dana korban gempa Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah (Jateng) yang dilakukan beberapa elemen masyarakat karena telah mengganggu kelancaran lalu lintas. "Tujuan mereka sebenarnya baik, tapi karena dilakukan di tengah jalan, jalanan jadi macet dan semrawut," kata seorang sopir bus Metromini P24 jurusan Senen-Tanjung Priok Sudarso, di Jakarta, Rabu. Aksi penggalangan dana untuk membantu korban bencana gempa Yogyakarta dan Jawa Tengah beberapa hari terakhir dilakukan berbagai pihak seperti pemuda dan mahasiswa, organisasi sosial, keagamaan, dan kemasyarakatan di jalan-jalan di Ibukota. "Tapi kalau mereka menggelar bangku di tengah jalan yang sempit dan padat, lalu duduk di pinggir jalan, ini jelas memperlambat arus lalu lintas," katanya. Menurut dia, seharusnya mereka dapat memilih tempat yang lebih baik dan tidak menimbulkan kemacetan seperti di perempatan lampu merah ketika mobil berhenti atau kalaupun harus di jalanan tidak perlu harus menaruh bangku-bangku di tengah jalan. Beberapa aksi penggalangan dana terlihat membuat sejumlah ruas jalan kecil mengalami kemacetan seperti di daerah Sunter dan Kemayoran. Di Sunter, tepatnya di depan pasar Podomoro, terdapat aksi penggalangan dana yang dilakukan masyarakat sekitar dengan engatasnamakan "Perkumpulan Orang Betawi", namun aksi tersebut menghambat kelancaran arus lalu lintas. Sejumlah anak kecil juga terlihat berlarian di jalan yang sempit itu, di sela-sela mobil dan motor dengan membawa kotak-kotak kardus bertuliskan "Bantuan Korban Gempa". "Saya terpaksa harus berjalan pelan dan hati-hati, takut nyenggol mereka. Soalnya mereka duduk-duduk di pinggir dan di tengah jalan menggunakan kursi," kata Lisnawati, seorang pengemudi mobil pribadi. Ia menyesalkan tindakan tersebut karena, meski tujuannya untuk membantu sesama, pengendara yang lewat justru merasa terganggu. "Kalau caranya benar, tentunya aksi tersebut dapat menyentuh perasaan orang yang lewat. Tapi kalau begini ya bagaimana orang mau peduli lagi, jalan aja susah," lanjutnya.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006