Setahu saya, dia memang termasuk kader Partai Demokrat yang sangat loyal kepada Pak SBY."Medan (ANTARA News) - Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum enggan mengomentari pemecatan terhadap Ruhut Sitompul dari jabatan Ketua Dewan Pimpinan Pusat Bidang Komunikasi dan Informasi.
Seusai deklarasi pasangan cagub Sumut Amri Tambunan dan cawagub RE Nainggolan di Lapangan Benteng Medan, Senin sore, Anas hanya berdiam diri ketika dimintai tanggapannya.
Anas hanya berjalan santai menuju mobilnya meski sejumlah wartawan terus memintanya untuk menanggapi pemecatan Ruhut Sitompul.
Ia justru berteriak "Hidup Amri-RE" ketika dimintai tanggapan atas penolakan sejumlah petinggi Partai Demokrat atas pemecatan tersebut.
Ketika terus didesak, Anas meminta wartawan untuk mempertanyakan hal lain. "Yang ringan-ringan saja," katanya.
Diwartakan, Ruhut Sitompul dipecat dari jabatan Ketua Dewan Pimpinan Pusat Bidang Komunikasi dan Informasi.
Namun anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Syarifuddin Hasan menganggap pemecatan Ruhut Sitompul tersebut tidak layak karena memiliki loyalitas tinggi ke Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono.
"Setahu saya, dia memang termasuk kader Partai Demokrat yang sangat loyal kepada Pak SBY," katanya di sela-sela acara Silaturahmi Nasional Partai Demokrat di Sentul, Bogor, Sabtu (15/12).
Sementara itu, Wakil Sekjen Partai Demokrat Saan Mustofa menyatakan usulan pemecatan Ruhut Sitompul akan dibahas di Komisi Pengawas. (I023/A013)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2012
Oleh ZAINAL BINTANG
TERBONGKARNYA sejumlah kasus korupsi yang melibatkan kader – kader teras Partai Demokrat dipastikan akan membuat parpol bentukan Susilo Bambang Yudhoyono itu akan terpuruk.
Apalagi dengan merebaknya kasus korupsi Wisma Atlet Palembang dan Proyek Pusat Olah Raga Hambalang ke atas permukaan, membuka mata rakyat untuk melihat dengan jelas betapa luar biasanya perilaku koruptif yang dipraktekkan kader parpol berlambang mercy itu, yang justru mengusung ikon : “Katakan TIDAK Pada Korupsi”.
Semakin memprihatinkan, karena kini ada dua anggota DPR RI dan pengurus DPP Partai Demokrat sedang mendekam di dalam tahan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), yaitu Muhammad Nazaruddin (mantan Bendahara Umum) dan Angelina Sondakh (mantan Wakil Sekjen). Pemandangan murung itu, kini diperparah dengan ditetapkannya Andi Mallarangeng sebagai tersangka kasus korupsi Proyek Hambalang yang berjumlah ratusan miliar rupiah.
Andi Mallarangeng pun yang Menteri Negara Pemuda dan Olah Raga itu serta merta mengundurkan diri (Jumat,7/12), sehari setelah ditetapkan sebagai tersangka.
Mantan jurubicara dan “putra mahkota” SBY itu juga menyatakan, dirinya sekaligus mundur juga sebagai Sekertaris Dewan Pembina Partai Demokrat, dimana SBY yang Presiden R.I. adalah Ketua Dewan Pembina.
Partai Demokrat memang sedang mengalami masa suram. Awan gelap seakan bergantung berat di atas langit partai pemenang Pemilu 2009 itu. Ke depan, awan gelap nampaknya akan semakin banyak yang akan bermunculan.
Soalnya pada Pemilu 2014 yang akan datang, tokoh sentral serta “pangeran” Partai Demokrat yaitu Susilo Bambang Yudhoyono sudah lengser keprabon.
Konstitusi hanya mengizinkan seseorang menjadi presiden di negeri ini selama dua priode. Dengan kritisnya posisi politik SBY dan lunturnya kewibawaannya sebagai orang nomer satu di negeri ini plus retaknya internal Demokrat, maka dapat dibayangkan mesin giling pemberantasan korupsi tentu akan semakin keras menimpa kader Demokrat yang terlibat korupsi.
Jadi, dengan berada di dalam dua kondisi yang rumit itu, Partai Demokrat diperkirakan akan menjadi pecundang, dengan ramalan perolehan suara berada dibawah 10% pada Pemilu 2014. Sesuatu yang sangat drastis penurunannya, dibandingkan perolehan suara mereka pada Pemilu 2009, yaitu 21%.
Dengan berbagai kondisi buruk tersebut diatas, kini semakin runyam lagi , karena di dalam tubuh Demokrat sedang terjadi kekisruhan antar tokoh, yang berujung pada perpecahan yang fatal.
Saling ejek mengejek dan saling menjatuhkan pamor sesama kader, yang terbuka kepada publik, melalui media, akan lebih mempersulit Demokrat untuk meraih kembali simpati rakyat.
Penyebabnya, karena adanya langkah kuda Anas Urbaningrum sang Ketua Umum yang melakukan konsolidasi internal partai.
Langkah Anas telah “menabrak” kepentingan dan eksistensi kubu yang “anti” Anas. Nampaknya Anas beralasan, bahwa pemulihan kondisi Demokrat menjadi hal yang fhardu sifatnya, di dalam menghadapi proses Pemilu 2014.
Maka Anaspun melakukan rotasi susunan pengurus. Namun pola rotasi justru berbuah kegaduhan yang tidak bermutu.
Anas memang kekeuh mengambil langkah drastis. Dia menggusur Ruhut Sitompul dari jajaran kepengurusan. Ruhut dinilai sebagai hama yang merusak soliditas partai. Akan tetapi Ruhut membantah alasan itu. “Anas itu takut masuk bui kalau aku tetap di kepengurusan”, katanya.
Kegusaran Anas dan pendukungnya terhadap perilaku Ruhut yang suka mbalelo memang masuk akal.
Soalnya mantan politisi Golkar yang dikenal sebagai loyalis Akbar Tanjung itu, berkali – kali meminta Anas mengundurkan diri sebagai Ketua Umum Demokrat secara terbuka melalui media.
Alasannya, Anas ditengarai terlibat kasus korupsi proyek Hambalang, sebagaimana diungkapkan Muhammad Nazaruddin, mantan Bendahara Umum Demokrat di pengadilan.
“Keberanian” Anas mendepak Ruhut Sitompul memang mengundang decak publik. Mengguncang internal Demokrat.
Soalnya “Si Poltak” itu adalah die hard SBY. Namun. tindakan Anas itu terkesan kuat dia sudah memperhitungkan momentum, maupun segala resiko yang bakal timbul.
Untuk mencegah jangan sampai SBY tersinggung, maka Anas “mengunci” SBY dengan dua cara yang bersamaan.
Pertama, pengumuman pencopotan Ruhut baru diumumkan pada acara Silatnas di Sentul (14-15 November), padahal pencopotan sudah dilakukan bulan September.
Pencopotan itu seolah-olah keinginan mayoritas peserta Silatnas yang datang dari seluruh Indonesia.
Kedua, Anas Urbaningrum memberikan penghargaan Live Achievment Award kepada SBY di tempat yang sama, sebagai bukti loyalitas Anas dan pendukungnya kepada SBY.
Lantas apa artinya semua itu bagi internal Demokrat maupun eksternal di ruang publik?
Hasilnya, pekan ini rakyat Indonesia menyaksikan, Partai Demokrat sepertinya sedang “porak poranda” dipenuhi kegaduhan kader yang bergerak tanpa kordinasi figur sentral yang dihormati.
Mendung gelap yang bergelantungan di atas langit Partai Demokrat saat ini, nampaknya memang bukan sekedar kiasan belaka. Tidak banyak yang bisa menebak, langkah apakah yang akan diambil SBY untuk memulihkan keadaan.
Apakah SBY akan bergerak cepat atau lebih memilih menyendiri sambil mencipta lagu ? Kalaupun pilihannya jatuh pada yang kedua, dapat ditebak: Tentulah lagunya bernada sendu.
Saya teringat dengan kisah kaisar Nero, yang agaknya mirip. Nero sang kaisar Roma itu , ketika kota Roma terbakar, dia memilih memetik gitar.
*) ZAINAL BINTANG adalah pemerhati masalah sosial budaya.