Jakarta (ANTARA) - Ratusan pemilik usaha mikro kecil menengah (UMKM) dan pengusaha antusias bergabung dalam platform mentoring dan komunitas Serikat Usaha Muhammadiyah (SUMU) yang diinisiasi oleh anak-anak muda di bawah koordinasi Lembaga Pengembang UMKM (LP UMKM) Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Antusiasme peserta tersebut terlihat dengan adanya keterbatasan kapasitas partisipan dalam grup Whatsapp saat pertama kali diperkenalkan pekan lalu, kemudian tim menyediakan link grup kedua untuk memfasilitasi mereka yang ingin bergabung, belajar, dan berjejaring bersama dengan para pelaku usaha lainnya.

Secara resmi platform ini telah diluncurkan oleh Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Periode 2022 - 2027 Bidang UMKM, Pemberdayaan Masyarakat dan Lingkungan Hidup Dr H Anwar Abbas MM MAg yang berlangsung secara hibrida, Ahad (16/04) di Menteng, Jakarta.

Dari sekitar 1.300 pendaftar tercatat sudah 300 orang yang bergabung, baik dari pegiat dunia usaha anggota Muhammmadiyah maupun peserta umum, termasuk non-Muslim karena keanggotaannya bersifat inklusif.

Komunitas itu beranggotakan para pelaku yang sudah atau segera akan menjalankan usaha di seluruh Indonesia yang terwadahi dalam platform http://www.sumu.or.id.

Kelebihan dari komunitas ini adalah para peserta akan mendapatkan mentoring bisnis untuk para anggota, asistensi pengurusan badan usaha dan izin usaha, asistensi akses permodalan dan investasi usaha, asistensi pendaftaran ke organisasi wirausaha, pemberian akses informasi program usaha dari pemerintah dan swasta dan layanan konsultasi wirausaha.

Para penggagas berharap komunitas ini menjadi platform dan komunitas berbagi dan sinergi bagi para anggotanya untuk semakin memajukan usaha, membuka lebih banyak lapangan kerja dan berkontribusi positif untuk Indonesia.

Komunitas ini ingin menjadi bagian dari sayap kultural Muhammadiyah di bidang ekonomi dan menjadi ekosistem yang menyediakan pasar dan jejaring yang tepat untuk akselerasi bisnis.


Mentor berpengalaman

Salah satu daya tarik platform ini adalah kehadiran mentor-mentor anak muda yang sudah terbukti sukses membangun dan memimpin bisnis dengan ratusan, bahkan ribuan karyawan, sehingga peserta tertarik bergabung.

Perusahaan mereka telah memiliki valuasi triliunan Rupiah, sehingga diharapkan para anggota dapat mengakses dan saling belajar bersama mereka.

Para mentor itu adalah Toni Firmansyah, Ghufron Mustaqim, M Alfatih Timur dan Muhammad Abduh Zulfikar.

Toni adalah owner SR12 Herbal Perkasa Group, Ghufron Mustaqim adalah co-founder dari Evermos, tech-startup social commerce terbesar di Indonesia, M Alfatih Timur adalah co-founder dan CEO Kitabisa yang merupakan platform donasi terbesar di Indonesia sedangkan Zulfikar entrepreneur agro industri.

Perusahaan yang dirintis Toni bergerak pada bidang manufaktur dan distribusi produk-produk herbal dan perawatan kulit, dengan jaringan 500 distributor dan 80 ribu mitra di Indonesia maupun luar negeri, seperti Malaysia, Singapura, Taiwan, dan Turki. Berdiri sejak 2016, perusahaan ini memberdayakan lebih dari 1.200 karyawan.

Sementara Evermos telah berhasil memajukan brand lokal dan UMKM dengan memberikan pelayanan dari sisi pemasaran-distribusi dan value chain services lainnya.

Platform ini memiliki komunitas brand lokal sebanyak lebih dari 1.500 brands dan UMKM, serta memberdayakan lebih dari 100 ribu jaringan resellers (termasuk dropshippers, agen, semi-distributor dll) di seluruh Indonesia. Berdiri sejak 2018, perusahaan ini memberdayakan lebih dari 600 karyawan.

Kitabisa melayani lebih dari 6 juta donor, ribuan yayasan dan CSR melalui lebih dari 100 ribu kampanye donasi.

Saat ini, perusahaan itu juga mulai merambah sektor asuransi melalui program Saling Jaga. Dalam dua tahun, Saling Jaga telah memfasilitasi 700 ribu lebih anggota.

Menurut Ghufron Mustaqim, komunitas ini bukan tempat flexing, bukan pula tempat orang-orang yang egois dan yang gemar mengutuk keadaan. Komunitas meyakini kunci keberhasilan UMKM dan serikat ini membutuhkan komitmen para anggotanya untuk selalu terbuka terhadap berbagai ide dan peluang (terbuka), saling berbagi dan bersinergi (tangan di atas), dan tangguh dalam menjalani setiap proses (laku prihatin). Itu menjadi nilai-nilai dari komunitas.

Dalam operasionalnya mereka nanti akan membentuk koordinator daerah dengan persyaratan memiliki usaha minimal 10 karyawan dan maksimal berusia 40 tahun.


Pilar ekonomi

LP UMKM adalah salah satu Unsur Pembantu Pimpinan (UPP) Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang memiliki mandat untuk mendesain, mendukung, dan memfasilitasi agar UMKM di Indonesia semakin berkembang.

Lahirnya LP UMKM ini didasari, antara lain oleh Keputusan Muktamar Muhammadiyah di Makassar 2015 yang mencetuskan Pilar Ketiga Dakwah Muhammadiyah di abad kedua persyarikatan ini, yakni Pilar Ekonomi.

Organisasi ini telah lebih dahulu berhasil dalam pilar pendidikan dan kesehatan, dengan berdirinya ratusan perguruan tinggi, ribuan lembaga pendidikan tingkat sekolah dan taman kanak-kanak, ratusan rumah sakit, hingga panti asuhan.

Dalam pandangan Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Prof Dr Abdul Mu’ti, secara nasional ekonomi Indonesia bisa dikatakan baik. Tetapi di sisi lain, ekonomi di Indonesia juga mengalami beberapa masalah, seperti angka kemiskinan dan angka pengangguran yang masih tinggi.

Jumlah kelompok miskin itu lebih dari 26 juta, angka pengangguran juga meningkat memang setelah pandemi 2019 di mana banyak perusahaan yang gulung tikar, dan banyak perusahaan yang terpaksa menutup usahanya, sehingga berimbas pada naiknya angka pengangguran.

Tidak kalah mengkhawatirkan lagi di Indonesia adalah kesenjangan ekonomi di antara warganya.

Salah seorang anggota komunitas, David dari Balerina Fashion di Yogjakarta, berharap bisa berkolaborasi dengan para pebisnis fesyen di seluruh Indonesia.

Usahanya bergerak pada layanan jasa maklon pakaian / CMT (cut make trim), jasa jahit, pembuatan pakaian dan produk apparel/fesyen sesuai desain.

Dengan pola pembinaan mentoring, komunitas ini akan melahirkan pengusaha-pengusaha yang pada akhirnya membuka lapangan kerja dan meningkatkan ekonomi yang meluas.

​​​​​​

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2023