"Jangan sampai terjadi over eksploitasi terhadap mineral."
Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia akan tetap pada komitmennya untuk menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) hingga 26 persen pada 2020 meskipun tanpa kerja sama internasional, kata Menteri Koordinator Perekonomian, Hatta Rajasa.

"Dengan atau tanpa kerja sama internasional, Indonesia konsisten untuk mereduksi emisi GRK hingga 26 persen pada 2020," ujarnya di sela-sela pertemuan nasional (National Summit) Perubahan Iklim ke-2 di Jakarta, Kamis.

Menurut dia, saat ini paradigma para pelaku industri cenderung tidak memperhatikan lingkungan hidup, padahal kerusakan lingkungan di masa depan bisa menyebabkan biaya ekonomi menjadi tinggi.

Paradigma seperti itu, dikemukakannya, harus diubah secara bertahap agar kelestarian lingkungan bisa menjadi perhatian utama bagi industri.

"Kita alami high cost economy, jika tidak memperhatikan persoalan lingkungan. Kita harus ubah paradigma, ini investasi untuk lingkungan hidup," katanya.

Untuk itu, ia mengatakan, pertumbuhan ekonomi harus mengacu pada upaya penurunan emisi GRK.

Menurut dia, bila pertumbuhan ditargetkan untuk naik, maka perlu diperhitungkan dampaknya terhadap lingkungan, contohnya eksploitasi terhadap mineral dan penggunaan energi yang berpotensi yang menimbulkan emisi GRK.

"Jangan sampai terjadi over eksploitasi terhadap mineral dan energi-energi yang berpotensi pada peningkatan emisi GRK," katanya.

Dengan demikian, menurut Hatta, harus digalakkan konversi energi yang tidak dapat diperbarui ke energi terbarukan serta penggunaan teknologi yang efisien.

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk mencapai keberhasilan menurunkan emisi GRK melalui program-program diantaranya Sistem Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional (SIGN Center), Taman Keanekaragaman Hayati (Kehati), Menuju Indonesia Hijau, pengelolaan gambut, rehabilitasi pantai melalui RANTAI EMAS dan Protokol Nagoya.
(T.A064/N002)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2012