Jadi, rata-ratanya hampir 480 juta dolar AS dan ini lebih tinggi dari rata-rata pada 2022 yang sebesar 350 juta dolar AS
Jakarta (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) mencatat realisasi transaksi menggunakan mata uang lokal atau Local Currency Transaction (LCT) telah mencapai 957 juta dolar Amerika Serikat (AS) per Februari 2023.

“Data terakhir kami, hingga Februari kemarin itu transaksi sudah mencapai 957 juta dolar AS untuk dua bulan. Jadi, rata-ratanya hampir 480 juta dolar AS dan ini lebih tinggi dari rata-rata pada 2022 yang sebesar 350 juta dolar AS,” kata Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti di Jakarta, Selasa.

Destry mengatakan saat ini ada empat negara yang terlibat dalam kerja sama LCT, yaitu Thailand, Malaysia, Jepang, dan China. Khusus di China, tren transaksi agak melambat karena kenaikan jumlah kasus COVID-19. Meski begitu, tiga negara lainnya menunjukkan tren transaksi yang menguat, khususnya Jepang.

Selain itu, jumlah pelaku LCT juga meningkat bila dibandingkan tahun lalu. Pada 2022, BI mencatat jumlah pelaku LCT sekitar 1.740. Sementara tahun ini jumlahnya naik menjadi 2.014 pelaku.

Melihat progres yang positif, BI akan memperluas jangkauan kerja sama LCT ke depannya. Rencananya, BI akan bekerja sama dengan Korea untuk LCT pada Mei mendatang.

“Jadi, kalau kita bisa menambah lagi Korea, lalu China bisa membaik tahun ini, tentunya LCT ini sangat membantu untuk mendiversifikasi perdagangan dan mata uang kita,” ujar Destry.

Diketahui, Indonesia melalui Bank Indonesia menggagas kerja sama LCT guna menjaga stabilitas kurs dengan mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS atau dedolarisasi melalui diversifikasi mata uang.

“LCT itu menggunakan mata uang lokal dalam penyelesaian transaksi perdagangan, investasi, bahkan melalui ASEAN Payment Connectivity. Itu diversifikasi penggunaan mata uang lokal daripada mata uang lokal. Di ASEAN sudah lebih konkret,” ujar Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo.

Pewarta: Imamatul Silfia
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2023