Jakarta (ANTARA) - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI berhasil menyalurkan kredit sebesar Rp634,3 triliun pada kuartal I-2023, atau tumbuh 7,2 persen year on year (yoy), dari sebelumnya sebesar Rp591,68 triliun pada periode sama tahun 2022.

Direktur Finance BNI Novita Widya Anggraini dalam konferensi pers secara daring di Jakarta, Selasa, menyampaikan pertumbuhan kredit pada kuartal I-2023 ditopang oleh segmen korporasi swasta yang tumbuh 21,2 persen yoy menjadi Rp234,0 triliun.

Lanjut dia, ditopang oleh segmen enterprise atau Large Commercial yang meningkat 13,2 persen yoy menjadi Rp52,2 triliun, serta segmen Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang tumbuh 7,8 persen yoy menjadi Rp50,1 triliun.

Selain itu, ditopang juga oleh segmen konsumer yang secara keseluruhan tumbuh 11,9 persen yoy menjadi Rp113,4 triliun, dengan personal loan dan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) menjadi mesin pertumbuhan dengan masing-masing meningkat 19,2 persen yoy menjadi Rp44,5 triliun dan tumbuh 8 persen yoy menjadi Rp54,5 triliun.

Pihaknya melihat debitur yang terdampak pandemi COVID-19 terus mengalami pemulihan, yang akhirnya berdampak positif terhadap komposisi portofolio restrukturisasi kredit akibat COVID-19 perseroan.

Adapun komposisi portofolio restrukturisasi kredit hingga kuartal I-2023 tersisa Rp45,8 triliun, atau hanya mencapai 7,3 persen dari total kredit, jauh menurun dari sebelumnya 12 persen dari total kredit pada periode sama tahun 2021.

Dia menjelaskan penurunan tersebut terutama berasal dari sektor-sektor yang paling terdampak pandemi seperti restoran, hotel, tekstil dan konstruksi, yang mengindikasikan bahwa bisnis debitur kembali pulih.

“Kami tentunya sangat bersyukur bahwa portofolio kredit restrukturisasi terdampak pandemi terus mengalami penurunan. Penurunan tersebut berasal dari sektor-sektor yang paling terdampak pandemi dan mengindikasikan bisnis debitur mulai pulih,” ujar Novita.

Selain pertumbuhan bisnis yang selektif dan berkualitas, Novita menyampaikan bahwa penting bagi perseroan untuk menjaga tingkat likuiditas dan permodalan.

Dari sisi likuiditas, dia menjelaskan emiten berkode saham BBNI ini membukukan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 7,4 persen yoy atau mencapai Rp743,7 triliun.

Adapun, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang sehat terutama dari CASA mampu membawa BNI menjaga posisi Loan to Deposit Ratio (LDR) stabil di level 85,4 persen.

“Sementara itu, tingkat kecukupan permodalan terus meningkat dengan rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) mencapai 21,6 persen, naik 230 bps secara tahunan,” ujar Novita.

Pewarta: Muhammad Heriyanto
Editor: Guido Merung
Copyright © ANTARA 2023