Palu (ANTARA News) - Briptu Winarto yang gugur tertembak kelompok bersenjata di Poso,  meninggalkan istri Masriani (31)  serta dua anak perempuan Nur Anisah (3) dan Nur Azizah (5,5).

Keluarganya mengungkapkan Winarto seolah meninggalkan firasat sebelum meninggal. Halimah, ibu mertua Briptu Winarto, menuturkan Winarto sepulang bertugas dari Luwuk, Kabupaten Banggai, hanya banyak diam di rumah.

"Dia bicara seperlunya saja, tidak seperti biasanya," katanya dengan mata berkaca-kaca.Halimah saat ditemui di Polda Sulawesi Tengah, Jumat,

Padahal, katanya, Winarto adalah seorang yang ceria dan suka becanda dengan kedua anaknya di rumah jika mendapat kesempatan libur.

Namun diamnya Winarto itu, tidak membuat Halimah berpikiran jauh kalau anak mantu kesayangannya itu akan pergi untuk selamanya saat bertugas di lapangan.

Sementara Masriani, istri korban, mengaku sangat rindu sekali dengan suaminya setelah Briptu Winarto pulang dari tugas di Luwuk.

Bahkan, perempuan asal Desa Lawanga, Poso, ini rela mendatangi asrama brimob di Desa Kalora yang berjarak lebih dari 10 kilometer untuk menemui suaminya.

Rekan-rekan Winarto sempat heran karena yang dilakukan Masriani itu sangat jarang.

Masriani yang sekarang berusia 31 tahun sempat mengurut dan memijit tubuh suaminya karena merasa lelah usai bertugas di Luwuk.

Tubuh suaminya diurut menggunakan balsem gosok karena merasa capek usai bertugas di Luwuk.

Setelah pulang bertugas dari Luwuk, empat hari kemudian Winarto akan ditugaskan di Desa Kalora, Poso, menjadi bagian Satgas Penegakkan Keamanan Poso.

Usai bertemu dengan suaminya, Winarti kemudian pulang ke rumahnya di Desa Lawanga.

Ternyata pertemuan di Kalora itu menjadi yang terakhir bagi pasangan suami istri yang telah dikarunia dua putri ini, Nur Anisah (3) dan Nur Azizah (5,5).

Pada keesokan harinya, keluarga mendapat kabar bahwa Winarto terkena tembakan saat bertugas di Desa Kalora namun tidak disebutkan telah meninggal dunia.

Begitu tiba di rumah sakit Poso, barulah keluarga Winarto melihat korban telah terbujur kaku tak bernyawa lagi.

"Saya sempat melihat jenazahnya yang masih mengenakan seragam brimob berlumuran darah di bagian dada," kata Halimah.

Jenazah Briptu Winarto akan diterbangkan di Boyolali, Jawa Tengah, Jumat siang, atas permintaan keluarga di kampung.

Winarto dikenal anak paling penurut kepada orangtua dibanding keempat saudaranya yang saat ini berada di Boyolali.

Winarto menjadi anggota Polri sejak 10 tahun lalu, dan menikah dengan Masriani pada 2006.

Masriani dipinang Winarto karena kedua sejoli itu sering bertemu, dan akhirnya Winarto yang bertugas di Poso meminang Masriani untuk menjadi pendamping hidupnya.

Sering Pingsan
Masriani beberapa kali duduk sambil tak sadarkan diri karena masih belum mempercayai suaminya pergi untuk selama-lamanya.

Perempuan yang akrab disapa Ani ini beberapa kali dihibur saudaranya meski yang menghibur sendiri bercucuran air mata.

"Istigfar Ani, Istigfar," kata Halimah, Ibu Ani yang juga tak kuasa membendung air mata.

Ani yang mengenakan kerudung cokelat ini hanya terdiam, tidak menangis lagi. Mungkin air matanya sudah habis untuk menangisi kepergian suaminya sejak semalaman.

Beberapa kali Ani pingsan begitu mendapati Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola melihat peti jenazah Winarto.

Longki berharap keluarga yang ditinggalkan tetap tabah menghadapi cobaan itu.

Kedua putri Ani, Nur Anisah dan Nur Azizah terlihat sibuk bermain sambil meneguk minuman ringan yang dibelikan neneknya.

Sesekali Azizah memanggil mamanya namun tidak mendapat respon, sementara Anisah hanya memeluk ibunya erat-erat karena terus digoda kakaknya.

Kedua anak tersebut sebelumnya hanya bermain dan berlarian di Ruang Torabelo Polda Sulawesi Tengah.

Kedua anak tersebut tidak menyadari tentang kejadian yang menimpa ayahnya dan soal foto ayahnya yang terpampang di depan peti jenazah yang dibalut kain bendera Merah Putih.

Naik Pangkat
Winarto adalah satu dari tiga korban tewas akibat diberondong tembakan kelompok sipil bersenjata di Poso.

Dua jenazah lainnya yakni Briptu Ruslan telah diterbangkan ke Makassar sekitar pukul 05.00 WITA, sedangkan Briptu I Wayan Aryawan juga sudah diterbangkan ke Denpasar beberapa jam setelahnya.

Kepala Polda Sulawesi Tengah Brigjen Pol Dewa Parsana mengatakan ketiga anggota Brimob yang tewas itu akan dianugerahi kenaikan pangkat satu tingkat lebih tinggi menjadi Brigadir Anumerta karena gugur dalam tugas.

Dewa Parsana mengaku berbelasungkawa atas kejadian itu, dan berharap pelakunya dapat segera ditangkap.

Beberapa bulan sebelumnya dua anggota Polri yang bertugas di Kabupaten Poso juga ditemukan tewas di Desa Tamanjeka. Mereka diduga kuat dibunuh oleh kelompok sipil bersenjata Poso.

Selama dua tahun terakhir sudah tujuh anggota Polri di Sulawesi Tengah tewas di tangan kelompok sipil bersenjata.

Teror saat ini dialami aparat kepolisian. Kejadian ini diharapkan tidak membuat Polri takut untuk terus memberantas kelompok sipil bersenjata.

Polri telah terlatih dengan dilengkapi persenjataan modern, dan itu menjadi modal yang tidak dipunyai kawanan sipil bersenjata.

(R026/D009)

Oleh Riski Maruto
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2012