Yogyakarta (ANTARA News) - Juru kunci Gunung Merapi Mbah Marijan dan Pemimpin Pondok Songgo Buwono Parangtritis, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Bunda Lia melakukan upacara ritual bersama di kaki Gunung Merapi, Jumat (2/6) dini hari. "Kamis (1/6) siang, Mbah Marijan mendatangi kami di Parangtritis untuk meminjam keris pusaka `cangkung tindik mas` yang digunakan dalam upacara malam ini. Sekarang kami menjumpai Mbah Marijan di Merapi untuk ikut dalam upacara ini," kata Bunda Lia kepada ANTARA di Yogyakarta, Kamis Malam. Ia menjelaskan sebelum mengikuti upacara ritual bersama itu, dalam perjalan dari pantai Parangtritis, Bunda Lia bersama rombongan melepas seekor ayam putih di setiap perempatan jalan yang dilalui hingga ke tempat tinggal Mbah Marijan di dukuh Kinahrejo, Dusun Pelemsari, Desa Umbulharjo, Kabupaten Sleman, DIY. Sekitar 10 orang dengan mengendarai satu mobil dan dikawal sekitar empat sepeda motor bertugas melepas ayam putih tersebut. Mereka mengenakan pakaian adat Jawa serba hitam. Sebelum melakukan upacara ritual bersama, para peserta dari Kinahrejo maupun Parangtritis yang mengenakan pakaian adat Jawa berkumpul di rumah Mbah Marijan. Mereka melakukan doa bersama kemudian melakukan upacara ritual dengan berjalan mengelilingi dusun-dusun di Desa Umbulharjo. Ritual itu diikuti sekitar 40 peserta. Sepanjang perjalanan mereka tidak berbicara karena memang upacara ritual itu harus dilakukan dengan cara membisu. "Tadi siang, ada kabar yang menyatakan Mbah Marijan mengungsi dari Gunung Merapi. Kami tegaskan, isu itu tidak benar. Mbah masih di sini dan memimpin upacara ini," kata tokoh di dusun itu yang menjadi salah satu juru bicara rombongan. Beberapa jam sebelum dilakukan upacara ritual bersama, di Yogyakarta beredar isu akan terjadi lagi gempa bumi besar dan Gunung Merapi meletus. Baik Mbah Marijan maupun Bunda Lia menolak menjawab pertanyaan tentang kaitan antara penyelenggaraan upacara tolak bala itu dengan isu yang sempat beredar luas di masyarakat Yogyakarta tersebut. Isu tersebut beredar di tempat-tempat pengungsian korban bencana gempa bumi di DIY.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006