Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juni turun 14 sen atau 0,2 persen, menjadi 80,96 dolar AS per barel
Tokyo (ANTARA) - Harga minyak melemah di awal perdagangan Asia pada Jumat pagi, memperpanjang kerugian dari dua hari sebelumnya dan menuju penurunan mingguan, karena melesunya data ekonomi AS dan kenaikan persediaan bensin AS meningkatkan kekhawatiran tentang resesi dan permintaan minyak global yang lebih lambat.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juni turun 14 sen atau 0,2 persen, menjadi 80,96 dolar AS per barel pada pukul 01.01 GMT. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni turun 12 sen atau 0,2 persen, menjadi diperdagangkan di 77,25 dolar AS per barel.

Kedua harga acuan turun lebih dari dua persen ke level terendah sejak akhir Maret pada Kamis (20/4/2021) di tengah kekhawatiran kemungkinan resesi, dan berada di jalur penurunan mingguan sekitar 6,0 persen.

"Sentimen pasar tetap bearish setelah data ekonomi AS yang lemah, bersama dengan ekspektasi kenaikan suku bunga, memicu kekhawatiran atas resesi yang dapat mengurangi permintaan minyak," kata Hiroyuki Kikukawa, presiden NS Trading, unit Nissan Securities.

"WTI diperkirakan akan diperdagangkan dalam kisaran 75-80 dolar AS untuk minggu depan karena investor mencoba mencari tahu apakah permintaan bensin AS akan meningkat menjelang musim mengemudi musim panas, dan apakah permintaan minyak China akan benar-benar meningkat pada paruh kedua tahun ini," kata Kikukawa, dikutip dari Reuters.

Data ekonomi menunjukkan klaim pengangguran mingguan naik minggu lalu, menunjukkan pasar tenaga kerja AS mungkin mulai menunjukkan tanda-tanda melambat karena efek pelambatan dari beberapa kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve bertahan, memicu kekhawatiran tentang perlambatan permintaan bahan bakar.

Persediaan minyak mentah AS minggu lalu turun lebih dari perkiraan karena kilang-kilang berjalan dan ekspor naik, sementara stok bensin melonjak secara tak terduga karena permintaan yang mengecewakan, data Badan Informasi Energi menunjukkan pada Rabu (19/4/2023).

Sementara itu, China dapat memotong kuota untuk ekspor produk minyak sulingan dalam gelombang kedua untuk tahun 2023 karena permintaan domestik meningkat sementara kebutuhan untuk meningkatkan ekonominya melalui produk minyak mereda, sebuah survei Reuters menunjukkan.

Di sisi pasokan, pemuatan minyak dari pelabuhan barat Rusia pada April kemungkinan akan naik ke level tertinggi sejak 2019, di atas 2,4 juta barel per hari, meskipun Moskow berjanji untuk memangkas produksi, kata sumber perdagangan dan pengiriman.

Baca juga: Minyak jatuh terseret kekhawatiran resesi, membengkaknya stok BBM AS
Baca juga: Minyak jatuh di Asia karena khawatir permintaan dan penguatan dolar
Baca juga: Minyak jatuh di Asia, penguatan dolar picu kekhawatiran permintaan

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2023