Washington, Amerika Serikat (ANTARA) - Seluruh staf pemerintahan AS dan sejumlah diplomat negara lain dievakuasi dari kedutaan besar di Khartoum, Sudan, saat negara itu diguncang oleh pertikaian, kata pejabat AS.

Hampir 100 orang dievakuasi dalam proses tersebut, kata para pejabat ke Reuters.

"Kami mengevakuasi seluruh staf AS dan pembantu yang ditugaskan di Kedutaan Besar Khartoum," kata Wakil Menteri Luar Negeri Bidang Manajemen dan Sumber Daya  AS John Bass.

Sejumlah besar staf lokal tetap berada di Khartoum untuk mendukung operasi kedutaan besar, sedangkan Washington pada Sabtu (22/4) memutuskan untuk menghentikan operasinya karena permasalahan keamanan, tambahnya.

Minggu lalu, dua oposisi yang dipimpin oleh dua pemimpin yang sebelumnya bersekutu mulai terlibat dalam peperangan untuk memperebutkan kekuasaan.
 
Pada Sabtu, Washington berulang kali meminta kedua pihak untuk melakukan gencatan senjata dalam rangka libur Idul Fitri, serta menghentikan seluruh kekerasan.

Pihak yang bertikai menuduh satu sama lain tidak menghormati gencatan senjata itu.

Evakuasi yang berlangsung pada Sabtu itu dimulai pada pukul 15.00 (13.00 GMT), melibatkan lebih dari 100 personel operasi khusus. Pesawat AS, tiga di antaranya helikopter MH-47 Chinook, terbang dari pangkalan di Djibouti, mengisi bahan bakar di Ethiopia, kemudian terbang selama tiga jam ke Khartoum.

Menurut militer, pasukan AS menghabiskan satu jam di Sudan sebelum melanjutkan penerbangannya lagi. Mereka masuk dan keluar Sudan tanpa ditembaki oleh kedua kubu yang sedang bertikai, tambahnya.

"Kami tidak ditembaki saat masuk, dan kami bisa masuk dan keluar tanpa masalah," kata Letnan Jenderal Douglas Sims, direktur operasi di Pasukan Gabungan.

Amerika Serikat tidak melihat kemungkinan adanya perubahan dalam situasi keamanan dalam waktu dekat, kata Bass.

Dia juga mengatakan bahwa Washington belum melihat akan adanya rencana evakuasi warga Amerika Serikat di Sudan oleh pemerintah saat ini atau waktu yang akan datang.

Militer AS sedang mencari berbagai cara untuk membantu warganya keluar dari Sudan, sambil menghentikan sementara evakuasi yang dicanangkan oleh pemerintah AS, seperti yang dilakukan di Afghanistan pada 2021.

Asisten Menteri Pertahanan, Chris Maier, mengatakan bahwa kemungkinan AS akan menggunakan drone atau citra satelit untuk memetakan ancaman terhadap warga Amerika yang melakukan perjalanan darat keluar dari Sudan, atau menempatkan sejumlah aset angkatan laut di Pelabuhan Sudan untuk membantu warga AS yang ada di sana.

Bass mengatakan bahwa beberapa orang Amerika dan warga negara lain berhasil pergi dari Khartoum ke Pelabuhan Sudan melalui jalur darat, yang menurutnya adalah sebuah perjalanan sulit dikarenakan kurangnya bahan bakar, makanan, dan minuman.

Meski Departemen Luar Negeri Amerika Serikat tidak merekomendasikan jalur tersebut, Bass mengatakan bahwa mereka akan mencari jalan lain agar orang bisa menyelamatkan diri.

Asisten menteri untuk urusan Afrika, Molly Phee, mengatakan bahwa Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed menyatakan dukungan penuh negaranya untuk memfasilitasi pengisian bahan bakar dalam rangka evakuasi.

Washington berupaya untuk memperbaiki hubungannya dengan Addis Ababa, yang memburuk karena perang selama dua tahun di bagian utara Ethiopia.

Sumber: Reuters
Baca juga: Seorang warga AS tewas di tengah konflik militer di Sudan
Baca juga: Blinken beri peringatan setelah konvoi diplomat AS ditembak di Sudan
Baca juga: Sudan berkobar, Menlu AS serukan dua jenderal gencatan senjata

Penerjemah: Mecca Yumna
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2023