Washington (ANTARA) - Gedung Putih pada Senin mengatakan bahwa tidak ada indikasi Rusia dan Korea Utara memperdalam kerja sama militer, dan juga menekankan perlunya "denuklirisasi" Semenanjung Korea.

"Kami belum melihat indikasi bahwa kerja sama pertahanan semacam itu terjadi," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby saat ditanya tentang laporan pernyataan mantan presiden Rusia Dmitry Medvedev yang menyebutkan bahwa Korea Utara dapat disuplai dengan senjata "terbaru" Rusia jika Korea Selatan mengirim senjata ke Ukraina.

Bebicara tentang cara Amerika Serikat (AS) baru-baru ini mengungkapkan bahwa Korea Utara diam-diam telah memberi Rusia peluru artileri dalam perangnya melawan Ukraina, Kirby mengatakan: "Kami belum melihat sesuatu yang memperluas atau memperdalam kerja sama pertahanan (Rusia-Korut) itu."

"Kami berpendapat bahwa yang perlu dilakukan di Semenanjung Korea adalah denuklirisasi, mengurangi ketegangan, dan memberikan kemampuan dalam konteks apa pun untuk membuat lingkungan keamanan di Semenanjung Korea yang kurang aman dan kurang stabil tidak menguntungkan siapa pun," katanya kepada wartawan dalam suatu pengarahan pers di Washington DC.

Baca juga: Korsel, AS, Jepang latihan militer antisipasi ancaman rudal Korut

Memuji bantuan yang diberikan Korea Selatan kepada Ukraina, Kirby mengatakan: "Saya pikir penting untuk dicatat bahwa Republik Korea (Korsel) telah berkontribusi lebih dari 200 juta dolar AS, saya kira sekitar $250 juta (sekitar Rp3,7 miliar), dalam bantuan kemanusiaan ke Ukraina. Mereka benar-benar membantu."

"Mereka juga sangat vokal mengutuk agresi Rusia dan berada di garda depan dalam hal ini, dan kami sangat berterima kasih untuk itu," kata dia.

"Bantuan Republik Korea untuk Ukraina sebagian besar dalam kategori tidak mematikan. Hanya Presiden Yoon (Suk Yeol) dan warga Korsel yang bisa memutuskan apakah mereka ingin mengubahnya dan mengirim kemampuan tambahan atau bantuan yang berbeda," ujar Kirby.

Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol akan dijamu oleh Presiden AS Joe Biden di Gedung Putih pada Rabu (26/4) untuk merayakan 70 tahun aliansi AS-Korsel dan untuk memperingati perjanjian pertahanan bersama kedua negara yang ditandatangani pada 1953.

Yoon juga akan berpidato dalam sidang gabungan Kongres AS pada Kamis (27/4), menjadikannya presiden Korea Selatan pertama yang melakukan kunjungan kenegaraan ke AS sejak 2011.

Setelah melakukan pertemuan bilateral dengan pejabat AS dan menghadiri diskusi publik, Yoon akan kembali ke Seoul pada Sabtu (29/4).

Baca juga: Presiden Korsel akan bertemu anggota Komite Urusan Luar Negeri DPR AS

Ukraina dan NATO
Kepala aliansi Pertahana Atlantik Utara (NATO) Jens Stoltenberg pada Jumat (21/4) mengunjungi Ukraina, di mana ia mengatakan bahwa semua sekutu NATO sepakat bahwa Ukraina pada akhirnya akan menjadi bagian dari aliansi.

Saat ditanya tentang pidato Stoltenberg itu dan posisi AS tentang keanggotaan Ukraina, Kirby mengatakan: "Kami percaya bahwa pintu NATO terbuka. Kami juga percaya bahwa keanggotaan NATO harus menjadi diskusi antara negara yang bersangkutan dan para negara sekutu."

"Fokus kami sekarang adalah memastikan bahwa Ukraina bisa mempertahankan diri dari invasi yang sangat aktif, sangat berdarah, dan sangat kejam terhadap integritas teritorial mereka," kata Kirby.

Sumber: Anadolu

Baca juga: Rusia peringkatkan Korsel agar tak kirim senjata ke Ukraina

Baca juga: Korsel tak akan kirim senjata ke Ukraina demi hubungan dengan Rusia


 

Penerjemah: Cindy Frishanti Octavia
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2023