Badung (ANTARA) - Kolaborasi berupa praktik pertanian berkelanjutan mulai dilakukan di Pulau Dewata oleh komunitas Samsara Living Museum dan The Apurva Kempinski Bali dengan cara saling mengedukasi untuk nantinya diterapkan lebih jauh oleh komunitas setempat.

"Program pertanian berkelanjutan ini akan dilakukan di lokasi Samsara Living Museum dengan sesi pelatihan interaktif dilengkapi dengan praktik kerja berkelompok. Proyek ini akan menggunakan sebagian lahan Samsara untuk menumbuhkan tanaman organik," kata Director of Marketing The Apurva Kempinski Bali, Danti Yuliandari di Badung, Rabu.

Proses kolaborasi antara pihak hotel dan komunitas sendiri telah dimulai dengan mencoba menanam tomat ceri, dan selanjutnya seperti cabai, terong, jahe, rempah-rempah dan jenis bunga yang dapat dimakan sebagai tanaman organik yang paling dibutuhkan resor.

Nantinya, tanaman yang tumbuh di area Samsara Living Museum akan dibeli oleh pihak The Apurva Kempinski, sehingga rantai pasokan akan terjamin di sana, sekaligus upaya mereka menginspirasi komunitas masyarakat setempat untuk melakukan hal yang sama.

Danti menjelaskan, pada program ini tim hidroponik dari resor akan rutin mendukung tim pertanian Samsara yang berada di Kabupaten Karangasem melalui pengajaran tentang pertanian berkelanjutan kepada komunitas setempat.

"Program ini akan mendorong peningkatan produksi produk berkelanjutan di Bali dan memperkuat keterampilan manajemen bisnis dari komunitas. Hal ini termasuk promosi praktik pertanian berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas produk, manajemen rantai pasokan, dan kualitas kontrol di seluruh rantai pasok," ujarnya.

The Apurva Kempinski Bali yang berada di Nusa Dua sendiri selama dua tahun terakhir telah berhasil mengembangkan kebun hidroponik di atap hotelnya, namun harus diakui bahwa banyak pula tantangan dalam menanam di kawasan dengan tanah kapur dan suhu panas itu.

Maka dari itu, Co-Founder Samsara Living Museum Ida Bagus Agung Gunarthawa mengajukan ide untuk berbagi ilmu dalam menanam tumbuhan upakara, atau tumbuhan untuk kelengkapan upacara keagamaan di Bali.

"Kami akan membagikan pola pengembangan yang bisa dipakai, secara spesifik tanaman yang kami ingin dorong adalah tanaman upakara bukan hanya konsumsi, karena Bali sebagai bumi banten yang tidak bisa lepas dari upakara," kata dia.

Beberapa tanaman upakara yang direncanakan seperi dapdap, nagasari, dan plawa, di mana tumbuhan tersebut umumnya tumbuh di suhu panas terbuka dengan sentuhan sinar matahari.

Selain itu, kata Bagus Agung, jika kembali ke visi misi bersama yaitu memberi pengajaran kepada komunitas setempat agar ilmu tersebut menghasilkan ekonomi sirkular maka hidroponik cukup sulit karena membutuhkan fasilitas pendukung.

Kepada media, pendiri museum kehidupan Samsara itu mengaku berharap besar agar kolaborasi dengan resor mewah itu mampu memantik masyarakat sekitar, utamanya komunitas desa yang tetap mau produktif menghasilkan nilai ekonomi melalui kegiatan ini.

Pewarta: Ni Putu Putri Muliantari
Editor: Guido Merung
Copyright © ANTARA 2023