Beijing (ANTARA) - Perusahaan-perusahaan industri utama China mengalami penurunan laba selama kuartal pertama (Q1) 2023, namun menunjukkan sinyal-sinyal pemulihan seiring dengan meningkatnya permintaan.

Data dari Biro Statistik Nasional (Bureau of Statistics/NBS) China pada Kamis (27/4) menunjukkan perusahaan-perusahaan industri dengan pendapatan bisnis utama tahunan sedikitnya 20 juta yuan (1 yuan = Rp2.150) mencatatkan laba gabungan sekitar 1,52 triliun yuan pada periode tersebut, turun 21,4 persen secara tahunan (year on year/yoy).

"Pada Maret 2023 saja, laba perusahaan-perusahaan industri utama turun 19,2 persen (yoy), menyusut 3,7 poin persentase dari laba pada dua bulan pertama tahun ini," kata ahli statistik NBS Sun Xiao.

Pendapatan gabungan perusahaan-perusahaan industri utama meningkat sebesar 0,6 persen (yoy), membalikkan penurunan sebesar 1,3 persen pada Januari hingga Februari, seiring dengan pulihnya permintaan pasar.

Sektor manufaktur peralatan pada Maret melaporkan peningkatan pendapatan secara tahunan sebesar 5,4 persen, sementara laba turun 7 persen, menyusut 19,1 poin persentase dari laba pada dua bulan pertama tahun ini.

Didorong oleh kenaikan produksi dan penjualan, laba perusahaan-perusahaan manufaktur mobil naik 9,1 persen pada Maret, sangat kontras dengan penurunan 41,7 persen pada periode Januari-Februari.

Sektor produksi dan pasokan tenaga listrik melaporkan peningkatan laba sebesar 41,9 persen pada Maret dari tahun sebelumnya, didorong oleh lonjakan permintaan berkat pemulihan ekonomi.

Kembali bergairahnya tingkat konsumsi membantu perusahaan-perusahaan produk konsumen meraih laba yang lebih baik. Laba manufaktur minuman keras, minuman, dan teh olahan melonjak sebesar 39,9 persen (yoy).

Untuk mempercepat pemulihan laba industri, Sun mendesak upaya untuk memperluas permintaan pasar, meningkatkan kepercayaan, serta memberikan perusahaan alasan untuk merasa optimistis tentang masa depan. 


 

Pewarta: Xinhua
Editor: Hanni Sofia
Copyright © ANTARA 2023