Yogyakarta (ANTARA News) - Awan panas dari Gunung Merapi (2.965 mdpl) masih terus terjadi, dan sejak dini hari hingga Minggu pagi muncul 29 kali awan panas, 23 di antaranya meluncur dari puncak ke hulu Kali Gendol dengan jarak luncur maksimum empat kilometer. Panut, petugas Pos Pengamatan Merapi di Kaliurang, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), ketika dihubungi ANTARA, Minggu, menyebutkan dari pukul 00.00 WIB sampai pukul 06.00 WIB terjadi awan panas dua kali ke hulu Kali Boyong dengan jarak luncur maksimum dua kilometer, empat kali ke Kali Krasak sejauh satu kilometer, serta 23 kali ke hulu Kali Gendol dan luncurannya sejauh maksimum empat kilometer. Pada periode waktu yang sama guguran lava pijar terjadi 31 kali meluncur ke hulu Kali Krasak dan Boyong sejauh maksimum 1,5 km, dan 19 kali ke hulu Kali Gendol dengan jarak luncur maksimum satu kilometer. Dikatakannya kabut mulai menyelimuti selepas pukul 06.00 WIB, sehingga awan panas maupun guguran lava dari gunung itu tidak teramati optimal. Status aktivitas gunung ini masih tetap `awas`, dan menurut Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, kubah lava baru yang pertumbuhannya sangat cepat kondisinya mengkhawatirkan, karena mudah longsor dan dapat menimbulkan awan panas. "Volume kubah lava baru di puncak Merapi saat ini diperkirakan sekitar empat juta meter kubik, dengan pertumbuhan cepat ke arah barat, serta tinggi kubah yang terus bertambah pula," kata Kepala Seksi Gunung Merapi BPPTK Yogyakarta, Drs Subandriyo. Menurut dia, pertumbuhan kubah lava baru yang semula rata-rata 150.000 meter kubik per hari, kini meningkat pertumbuhannya menjadi hampir rata-rata 200.000 meter kubik per hari, karena suplai magma ke puncak terus meningkat. Dengan kondisi seperti itu, kata Subandriyo, kestabilan kubah lava baru sangat mudah terganggu, sehingga mudah longsor. "Apalagi dengan pertumbuhannya yang terus meningkat, termasuk tinggi kubah juga terus bertambah, sangat mudah longsor, dan apabila longsorannya dalam volume besar, dapat menimbulkan awan panas yang besar ke berbagai arah," ujarnya. (*)

Copyright © ANTARA 2006