Pihak berwenang akhirnya membatasi para wartawan.
Baghdad (ANTARA News/AFP) - Gelombang pemboman dan tembakan menewaskan 22 orang di seluruh wilayah Irak, Senin, seiring pemerintahan negara itu yang dilanda protes antipemerintah dan krisis politik saat berlangsungnya ritual keagamaan kaum Syiah.

Belum ada kelompok yang dianggap paling bertanggung jawab atas serangan terhadap puluhan kota yang melukai 83 orang tapi diduga Al Qaida dari kaum Sunni paling berperan dalam tindakan kekerasan itu.

Kekerasan bermula saat pemrotes antipemerintah memblokir jalan utama ke Suriah dan Jordania. Ketegangan politik meningkat di tengah berlangsungnya ketegangan antara Perdana Menteri Nuri Al Maliki dan Partai Iraqiya dari kalangan Sunni.

Pada Senin telah terjadi banyak kekerasan yang ditujukan kepada para peziarah Syiah yang melaksanakan perayaan Arbain pada pekan ini.

Dalam serangan mematikan itu, tujuh orang terbunuh yang terdiri dari tiga wanita, dua anak serta dua pria dan beberapa luka-luka di Mussayib, sebelah selatan Baghdad.

Nampaknya serangan tersebut memang ditujukan ke arah orang Syiah.

Sementara itu, serangan di Baghdad dan sebelah utara kota itu telah menewaskan sedikitnya 12 orang.

Di distrik pusat bisnis Karrada sebuah mobil meledak berawal dari aksi bom bunuh diri yang merenggut empat nyawa dan 20 luka-luka.

Pihak berwenang akhirnya membatasi para wartawan untuk mengambil foto dan video.

Serangkaian pengeboman bermotif etnis mewarnai kota di sebelah utara Kirkuk dan sekitarnya yang menewaskan lima polisi dan 11 orang luka-luka.

Aksi kekerasan mematikan marak setelah mayoritas Sunni Irak memprotes pemerintahan yang dipimpin oleh perdana menteri dari kaum minoritas Syiah.

Demonstrasi merebak memaksa otoritas memberi pengamanan ekstra seperti penjagaan terhadap menteri keuangan Rafa Al Essawi dari aksi terorisme.

Tokoh dari Partai Iraqiya itu menuntut perdana menteri untuk meletakkan jabatannya sehingga membuat tensi politik di negeri itu memanas.

Aksi kekerasan di Irak menurun pada tahun 2006-2007 tapi masih saja terjadi sejumlah serangan di sepanjang wilayah.
(Uu.A061/M016)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2012