Yogyakarta (ANTARA News) - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X, membantah pemberitaan yang menyoroti bahwa banyak bantuan kemanusiaan terhadap korban gempa di daerahnya terlambat akibat proses birokrasi. "Wartawan selama ini banyak yang salah persepsi sehingga menulis bahwa seakan-akan penyaluran bantuan kemanusiaan itu terlambat akibat masalah birokrasi, yang benar adalah banyak korban yang tidak mau direlokasi dalam suatu pusat penampungan," katanya saat menerima rombongan Kaltim, yang dipimpin oleh Gubernur Kalimantan Timur, H. Suwarna AF, di Yogyakarta, kemarin (3/6). Ia menjelaskan bahwa kondisi korban bencana di Yogyakarta tidak sama saat terjadi bencana tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam dan Nias. Saat bencana di Kota Serambi Mekkah, katanya, semua bangunan rata dengan tanah, sehingga penanganan pengungsian bisa dipusatkan dalam suatu penampungan dan penanganannya bisa lebih fokus pada satu titik. "Namun, di Yogyakarta dan sekitarnya berbeda karena meskipun banyak bangunan hancur akan tetapi sebagian tidak begitu parah bahkan ada yang masih utuh, sehingga mereka tidak mau meninggalkan tempat tinggalnya dan memilih berkemah di sekitar lokasi," ujar Sri Sultan. Kondisi itu, katanya menambahkan, membuat penyalur bantuan harus mendatangi satu-per satu lokasi masyarakat yang tersebar di seluruh wilayah korban gempa. "Pola penanganannya, tim dari misi kemanusiaan ini harus menyalurkan bantuan dengan cara `door to door`, sehingga masalah ini menyebabkan penyaluran bantuan itu memang agak terlambat," kata Sri Sultan HB X. Namun, Sri Sultan tetap mengharapkan kritik dari insan pers sebagai bentuk kontrol sosial, sehingga penanganan korban bencana ini bisa mencapai sasaran dengan baik. Rombongan Kaltim bertemu dengan Sri Sultan untuk menyerahkan bantuan uang tunai Rp5 miliar dari sumbangan warga Kaltim, serta ratusan lembar sarung, mukena, selimut serta makanan bayi. Selain itu, Kaltim juga mengirimkan tim medis yang diketuai oleh Kepala Dinas Kesehatan Kaltim terdiri dari sekitar 50 dokter dan paramedis yang bertugas selama satu minggu di Yogyakarta dan sekitarnya. Tim medis yang sebagian terdiri dari dokter umum, bedah tulang dan dokter anak berasal dari sejumlah RSUD (rumah sakit umum daerah) dan beberapa RS antara lain RS TNI Samarinda, RS Pertamina Balikpapan, RS PT. PKT dan RS. Badak LNG Bontang. (*)

Copyright © ANTARA 2006