pidato Kim tidak begitu saja berarti adanya perubahan politik luar negeri dari negara yang selalu mengutuk Amerika Serikat dan sekutunya dalam setiap kesempatan.
Seoul (ANTARA News) - Pemimpin Korea Utara (Korut), Kim Jong-un, dalam sebuah pidato tahun baru yang mengejutkan dan disiarkan oleh media milik negara, mengusulkan agar perseteruan dengan Korea Selatan (Korsel) diakhiri.

Dua negara tersebut secara teknis masih berada dalam keadaan perang karena tidak ada pakta perdamaian untuk mengakhiri konflik 1950-1953 itu.

Korut sendiri sebelumnya pernah menawarkan hal yang sama dan oleh karena itu, pidato Kim tidak begitu saja berarti adanya perubahan politik luar negeri dari negara yang selalu mengutuk Amerika Serikat dan sekutunya dalam setiap kesempatan. Demikian diberitakan Reuters--yang dipantau ANTARA News, di Jakarta, Rabu.

Pada Desember lalu Korea Utara juga memicu ketegangan di kawasan dengan meluncurkan roket jarak jauh yang dikatakan bertujuan untuk menempatkan satelit ilmiah di orbit. Tindakan tersebut dikecam oleh beberapa negara besar.

"Hal penting untuk mengakhiri perbedaan antara dua negara dan untuk mencapai reunifikasi adalah dengan menghapus konfrontasi antara utara dan selatan," kata Kim.

"Catatan masa lalu menunjukkan bahwa konfrontasi antara dua Korea selalu memicu peperangan," kata Kim dari lokasi yang dirahasiakan.

Pidato tahun baru yang dilakukan Kim adalah yang pertama dalam 19 tahun terakhir, pidato serupa pernah dilakukan oleh kakeknya, Kim Il-sung.


Minta Bantuan Kemanusiaan

Ahli Korea Utara dari Korea Institute for National Unification, Kim Tae-woo, mengatakan bahwa pernyatan Kim "nampak membawa pesan keinginan Kim Jong-un untuk mengakhiri konflik dua negara, yang mungkin berhubungan dengan permintaan bantuan."

"Namun pidato itu tidak begitu saja berarti adanya perubahan substantif politik luar negeri Korea Utara terhadap Korea Selatan," kata Kim Tae-woo.

Washington sendiri belum memberi komentar mengenai hal ini.

Sementara itu, peneliti senior dari Heritage Foundation dari Washington, Bruce Klinger, mengatakan, "Pesan tahun baru dari Kim Jong-un berbeda dalam format namun tidak dalam isi."

Klinger berpendapat, pidato tersebut menunjukkan bukti tambahan bahwa Kim Jong-un lebih mengikuti jejak gaya kepemimpinan kakeknya dibandingkan dengan ayahnya, Kim Jong-il yang meninggal pada Desember 2011.

Klinger mengatakan, di dalam negeri diplomasi Kim populer, "namun pengaruh pemimpin baru Korea Utara itu di dunia internasional dirusak oleh provokasi dan retorika bombastis yang terus-menerus dilakukan."

Yang mencurigakan dari pidato Kim adalah tidak adanya penyebutan program persenjataan nuklir Korea Utara.
(G005)

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013