pertemuan trilateral
PBB (ANTARA News) - Utusan internasional Lakhdar Brahimi bisa bertemu dengan Amerika Serikat dan Rusia pekan depan untuk membahas cara-cara mengakhiri perang sipil Suriah, kata Duta Besar Pakistan di PBB, Masood Khan, Kamis.

Masood Khan mengatakan kepada wartawan, ia telah berbicara dengan Brahimi pada Rabu dan "ada kontak baru, ada upaya baru" untuk menemukan penyelesaian politik konflik 21-bulan yang telah merenggut sekitar 60.000 jiwa itu.

"Kami berharap akan ada pertemuan trilateral pekan depan antara Moskow, Washington dan Mr Brahimi," kata Khan, yang negaranya saat ini memegang jabatan presiden bergilir Dewan Keamanan PBB.

"Mari kita berharap untuk beberapa hasil yang konkret," tambahnya.

Utusan PBB-Liga Arab terakhir bertemu Wakil Menlu Rusia Mikhail Bogdanov dan Deputi Menteri Luar Negeri AS William Burns di Jenewa pada 9 Desember.

Tanpa menentukan tanggal, Khan menambahkan bahwa Brahimi juga akan datang ke New York untuk melaporkannya kepada Dewan Keamanan.

Pada Minggu, Brahimi mengatakan ia telah membuat rencana gencatan senjata.

"Saya telah membicarakan rencana ini dengan Rusia dan Suriah ... saya pikir usulan ini bisa diterima oleh masyarakat internasional," kata Brahimi pada waktu itu, tanpa mengungkapkan rincian apapun.

Ditanya tentang usulan tersebut, Khan mengatakan Brahimi itu "membuat upaya politik yang jujur" dan bahwa ia ingin pemerintah Suriah menjadi salah satu lawan bicara.

"`Rencana` adalah kata yang besar tetapi dia ingin satu terobosan diplomatik," kata Khan.

Rusia dan China sejauh ini memveto tiga rancangan resolusi Dewan Keamanan PBB yang berusaha memaksa tangan Presiden Bashar Al-Assad dengan ancaman sanksi.

Ditanya tentang upaya Brahimi itu, kata juru bicara PBB Martin Nesirky, utusan "masih tertarik ... untuk melakukan pertemuan lain dengan para pejabat Rusia dan Amerika dan dia berharap bahwa itu akan terjadi dalam bulan ini. "

Nesirky menambahkan pertemuan itu kemungkinan akan mencakup Brahimi, Bogdanov dan Burns.

Pada Rabu, seorang pejabat tinggi PBB mengatakan bahwa lebih dari 60.000 orang telah tewas di Suriah sejak pemberontakan terhadap rezim Bashar meletus pada Maret 2011.

Navi Pillay, Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, mengatakan satu analisis lengkap yang dilakukan oleh spesialis data menunjukkan bahwa 59.648 orang telah meninggal sampai akhir November, angka korban yang terus meningkat.
(AK)

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013