Jakarta (ANTARA) - Ketua Satuan Tugas Bencana Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Kurniawan Taufiq Kadafi, M. Biomed., Sp.A(K), mengatakan kondisi polusi udara di dalam ruangan memiliki dampak yang berbahaya bagi kesehatan anak-anak dan bahkan dapat berujung pada kematian.

Salah satu penyebab polusi dalam ruangan adalah hasil dari aktivitas memasak di dalam rumah yang tidak mendapatkan dukungan akses udara yang bersih, yang terbukti menjadi penyebab paparan polusi bagi sebanyak 2,4 juta anak-anak di seluruh dunia tahun 2020.

"Polusi di dalam ruangan bersumber dari produk memasak menggunakan kerosin di rumah yang tidak memiliki ventilasi dengan baik," ungkap Taufiq saat sesi diskusi virtual mengenai perubahan iklim dan dampaknya terhadap kesehatan anak-anak di Jakarta, Selasa.

Salah satu material bahan bakar kerosin yang lazim digunakan dalam aktivitas memasak adalah minyak tanah, sedangkan bahan bakar padat lainnya adalah batubara, arang, dan kayu bakar.

Taufiq mengatakan bahwa kondisi tersebut mesti diwaspadai karena data dari UNICEF menyebutkan hal tersebut berkontribusi terhadap sebanyak 3,2 juta kematian bayi prematur tahun 2019.

"Ini kelihatannya sepele, memasak lalu asapnya terperangkap di dalam rumah, kemudian terhirup oleh bayi dan berisiko terjadi kematian dengan komplikasi saluran pernapasan dan sebagainya," imbuhnya.

Baca juga: Kemenkes libatkan lintas sektor cegah polusi udara perkotaan

Indoor air pollution atau polusi udara imbas dari aktivitas pembakaran di dalam rumah, lanjutnya, juga menjadi penyebab dari 237 ribu angka kematian anak-anak di bawah usia lima tahun.

"Apalagi di Indonesia masih heterogen, ada area di satu provinsi misalnya ada rumah-rumah yang didesain tidak memiliki ventilasi yang baik. Ini cukup berbahaya, mesti diwaspadai," tambahnya.

Sementara itu, polusi udara di luar ruangan, juga sama-sama memiliki dampak besar bagi kesehatan yang dapat berujung pada kematian. Polusi tersebut biasanya berasal dari pembakaran aktivitas perusahaan, pertanian, konstruksi dan sebagainya.

"Polusi udara di luar ruangan turut berdampak pada 4,2 persen kematian bayi prematur di secara global pada 2019, termasuk kematian sebanyak 154 ribu anak-anak usia di bawah lima tahun," tutup Taufiq.

Menyikapi kondisi tersebut, menurut Taufiq, maka langkah sederhana yang bisa dilakukan adalah membuka jendela dan ventilasi rumah sehingga tidak ada asap yang terkumpul di dalam rumah hasil dari aktivitas memasak.

"Membuka semua jendela dan pintu ketika memasak dan menjauhkan anak-anak dari sumber asap," jelasnya.

Sedangkan untuk polusi udara di luar rumah, lanjut dia, langkah strategis yang dapat diterapkan adalah mengganti perangkat teknologi dengan sumber tenaga surya.

Baca juga: Guru Besar FKUI: Polusi udara berkontribusi 11,65 persen kematian

Baca juga: Lula Kamal: asap dapur bisa sebabkan masalah kesehatan


 

Pewarta: Ahmad Faishal Adnan
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2023