Jadi saya pikir bank sentral, termasuk The Fed, berada pada atau sangat dekat dengan puncak suku bunga mereka
Singapura (ANTARA) - Dolar tergelincir terhadap sebagian besar mata uang utama lainnya di awal sesi Asia pada Kamis pagi, setelah Federal Reserve AS membuka pintu untuk jeda dalam siklus pengetatan agresifnya, meskipun pasar diterpa oleh penghindaran risiko di tengah kehancuran saham-saham bank regional AS.

The Fed pada Rabu (3/5/2023) menaikkan suku bunga acuan overnight sebesar seperempat persentase poin, seperti yang diharapkan, tetapi dalam melakukannya menghapus bahasa pernyataan kebijakannya bahwa pihaknya "mengantisipasi" kenaikan suku bunga lebih lanjut akan diperlukan.

Itu mengirim dolar AS turun secara luas dan imbal hasil obligasi pemerintah meluncur, dengan para pedagang mengambil komentar sebagai sinyal untuk sebuah puncak suku bunga AS telah tercapai dan pindah memperkirakan penurunan suku bunga akhir tahun ini.

Dalam perdagangan Asia yang menipis pada Kamis, pound Inggris bertahan di level tertinggi sekitar 11 bulan di 1,2590 dolar, setelah mencapai level tersebut di sesi sebelumnya.

Pasar di Jepang tetap tutup untuk liburan.

Euro terakhir 0,2 persen lebih tinggi pada 1,1083 dolar, mendekati puncak satu tahun baru-baru ini.

"Bagian yang paling penting dari pernyataan (itu) adalah bagian yang menguraikan prospek kebijakan ke depan, karena FOMC memperlunak bahasanya mengenai perlunya pengetatan moneter tambahan," kata Jay Bryson, kepala ekonom di Wells Fargo.

"Pengetatan tambahan mungkin diperlukan... tetapi FOMC tampaknya tidak akan melakukan pra-komitmen untuk menaikkan suku bunga lagi pada 14 Juni."

Indeks dolar AS terakhir 0,12 persen lebih rendah pada 101,11, setelah turun lebih dari 0,6 persen di sesi sebelumnya.

Pasar uang sekarang memperkirakan The Fed akan mempertahankan suku bunga stabil pada pertemuan berikutnya Juni, dan memperkirakan penurunan suku bunga sekitar 80 basis poin mulai Juli hingga akhir tahun.

Menambah ekspektasi bahwa Fed harus segera mulai melonggarkan kondisi moneter adalah kekhawatiran akan gejolak sektor perbankan, yang diintensifkan oleh berita bahwa PacWest Bancorp sedang menjajaki opsi strategis, membuat sahamnya dan pemberi pinjaman regional AS lainnya jatuh dalam perdagangan after-market.

Pemberi pinjaman yang berbasis di Los Angeles itu berharap untuk menghindari nasib pemberi pinjaman regional lainnya yang diambil alih oleh regulator AS dalam dua bulan terakhir dengan secara proaktif menemukan solusi yang mendukung keuangannya, kata seorang sumber kepada Reuters.

Sentimen risiko yang hati-hati membuat yen Jepang - safe haven tradisional di saat gejolak pasar - didukung dengan baik, dengan mata uang tersebut terdorong naik lebih dari 0,1 persen terhadap dolar AS menjadi 134,51.

Yen melonjak lebih dari 1,0 persen pada Rabu (3/5/2023), didorong oleh penurunan imbal hasil obligasi pemerintah AS.

Dolar Australia dan Selandia Baru yang sensitif terhadap risiko juga jatuh di perdagangan Asia, dengan dolar Australia meluncur 0,32 persen menjadi 0,6649 dolar AS. Kiwi terakhir 0,1 persen lebih rendah pada 0,62235 dolar AS.

"Ada banyak kekhawatiran di AS seputar sektor perbankan dan krisis kredit. Ini adalah peristiwa kredit dan menekan ekonomi dengan cukup cepat," kata Jarrod Kerr, kepala ekonom di Kiwibank.

"Jadi saya pikir bank sentral, termasuk The Fed, berada pada atau sangat dekat dengan puncak suku bunga mereka."

Bank Sentral Eropa (ECB) menjadi sorotan berikutnya, di mana diperkirakan para pembuat kebijakan ECB menaikkan suku bunga untuk pertemuan ketujuh berturut-turut pada Kamis.

Baca juga: Dolar pertahankan kerugian setelah Fed naikkan suku bunga, sinyal jeda
Baca juga: Dolar merosot karena lowongan pekerjaan turun, rapat Fed jadi fokus

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2023