New York (ANTARA) - Harga minyak menetap hampir tidak berubah pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), setelah Bank Sentral Eropa (ECB) memutuskan untuk memperlambat laju kenaikan suku bunga, dengan harga minyak masih turun lebih dari sembilan persen selama seminggu di tengah kekhawatiran permintaan negara-negara konsumen utama.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juli menguat 17 sen atau 0,24 persen, menjadi ditutup pada 72,50 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni turun 4 sen atau 0,06 persen, menjadi menetap pada 68,56 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

WTI pada awal perdagangan Kamis (4/5/2023) turun ke terendah sesi di 63,64 dolar AS per barel, harga terendah sejak Desember 2021.

Harga minyak jatuh minggu ini setelah kekhawatiran tentang ekonomi AS dan tanda-tanda pertumbuhan manufaktur yang lemah di importir minyak terbesar dunia China, merosot lebih jauh setelah Federal Reserve AS menaikkan suku bunga pada Rabu (3/5/2023). Itu membatasi prospek pertumbuhan ekonomi jangka pendek.

Namun, sinyal Fed bahwa mereka mungkin menghentikan kenaikan suku bunga lebih lanjut untuk memberikan waktu kepada para pejabat menilai dampak dari kegagalan bank baru-baru ini dan untuk mendapatkan kejelasan tentang perselisihan mengenai kenaikan plafon utang AS membantu mendukung pasar.

ECB meningkatkan suku bunga kebijakannya sebesar 25 basis poin, kenaikan terkecil sejak bank sentral mulai menaikkannya musim panas lalu, dan tetap membuka opsinya untuk pergerakan di masa depan karena melawan inflasi zona euro yang sangat tinggi.

Seiring dengan gangguan investor atas pesan bank sentral, indeks saham Wall Street berada di bawah tekanan Kamis (4/5/2023) dari kehancuran lain di saham bank-bank AS, yang terhuyung-huyung akibat runtuhnya bank regional besar ketiga selama akhir pekan.

"Kemampuan minyak untuk pulih hari ini meskipun pasar saham secara signifikan lebih rendah membuktikan beberapa dukungan harga independen," kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates di Galena, Illinois.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, memulai pengurangan produksi sukarela pada awal Mei.

Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan pada Kamis (4/5/2023) bahwa Rusia mematuhi janji sukarela untuk memangkas produksi minyak sebesar 500.000 barel per hari dari Februari hingga akhir tahun.

"Apa yang kami lihat adalah kombinasi dari hambatan ekonomi dan skeptisisme bahwa pemotongan OPEC akan benar-benar terjadi," kata John Kilduff, partner di Again Capital LLC di New York.

Baca juga: Minyak pulih setelah terjun 3-hari, kekhawatiran permintaan bertahan
Baca juga: Minyak perpanjang kerugian di Asia setelah kenaikan suku bunga Fed
Baca juga: Minyak terjun dipicu kekhawatiran gagal bayar AS, kenaikan suku bunga

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Guido Merung
Copyright © ANTARA 2023