Bantul (ANTARA) - Perajin asal Karangweru, Kelurahan Tirtomulyo, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengolah limbah kayu yang dipadukan dengan resin bening menjadi beraneka kerajinan bermanfaat yang memiliki nilai ekonomis.

"Produk kerajinan kayu dan resin kami yang paling utama kalung sama gelang, kemudian casing handphone, lampu, dan hiasan dinding," kata Isnu Pradana, pemilik usaha kerajinan limbah kayu dan resin "Drilling Greenwood" di Bantul, Jumat.

Selain itu, kata dia, produk kerajinan yang dihasilkan ada atap meja berbentuk bulat, namun untuk kerajinan ini produksinya terbatas, selain itu juga ketika ada pesanan dari konsumen.

Dia mengatakan, resin bening yang berbentuk cair memang bisa melekat pada berbagai kayu, sehingga sifat itu yang menjadi keunggulan resin. Proses secara singkat, kayu yang sudah dibentuk disatukan dengan resin cair untuk kemudian dipadatkan.

"Menariknya itu kalau resin bisa seperti kaca, jadi terlihat ada unsur kayu juga, elegan dan modern, kita dapat limbah kayu dari sekitar sini misal dari pembuatan pintu, membuat furniture itu kita ambil kayu bekasnya," katanya.

Pemuda yang menggeluti usaha kerajinan sejak 2018 tersebut, saat ini sudah memiliki empat orang karyawan yang memproduksi aneka kerajinan tersebut di rumah produksinya. Produk kerajinan dijual dengan harga kisaran Rp20 ribu sampai Rp50 ribu untuk gelang dan kalung.

Kemudian casing handphone dijual berkisar antara Rp150 ribu hingga Rp200 ribu per buahnya, sementara meja dijual dengan harga ratusan ribu per buah, dikarenakan proses pembuatan butuh waktu tiga sampai empat hari.

"Untuk pemasaran sudah melalui offline sama online, yang online di beberapa market place, dan media sosial, sementara yang offline ada di beberapa tempat wisata, bandara YIA (Yogyakarta Internasional Airport), kafe dan restoran. Untuk ekspor belum," katanya.

Dia mengaku, dalam setiap bulan bisa memproduksi sekitar 200 buah beraneka kerajinan dari limbah kayu dan resin, dengan pendapatan dari hasil penjualan berkisar antara Rp5 juta sampai Rp20 juta.

"Untuk pasar termasuk bagus, saat pandemi kemarin kita masih bisa berjalan, karena kita mengandalkan online. Setelah itu kita berinisiatif kerja sama dengan beberapa tempat wisata penjualan juga bagus, yang paling banyak laku itu kalung sama gelang," katanya.

Baca juga: Produk kreatif Bantul masuk jejaring UNESCO agar dikenal internasional
Baca juga: Bantul catat kunjungan wisata 255.758 orang selama libur Lebaran 2023

Baca juga: Menengok Kampung Asei, rumahnya perajin kriya kulit kayu di Papua
 

Pewarta: Hery Sidik
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023