tingkat inflasi global yang meski menurun masih bertahan di tingkat tinggi, menjadi sumber potensi kerentanan utama stabilitas dan ketahanan
Jakarta (ANTARA) - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menyebutkan stabilitas sektor jasa keuangan tetap terjaga dengan permodalan dan likuiditas yang baik sehingga memiliki daya tahan dalam menghadapi gejolak global.

“Eskalasi tensi geopolitik, berlanjutnya permasalahan perbankan di Amerika Serikat, serta tingkat inflasi global yang meski menurun masih bertahan di tingkat tinggi, menjadi sumber potensi kerentanan utama bagi stabilitas ketahanan global,” kata Mahendra dalam konferensi pers Rapat Dewan Komisioner daring diikuti di Jakarta, Jumat.

Stabilitas sektor jasa keuangan nasional masih terjaga di tengah ketidakpastian ekonomi global akibat beberapa indikator sektor riil di Amerika Serikat bergerak melemah dan ditambah dengan isu batasan utang atau debt ceiling Amerika Serikat.

“Kekhawatiran akan pengetatan likuiditas terus meningkat di tengah berlanjutnya pengetatan kebijakan moneter oleh bank-bank sentral utama global. Di samping itu, pasar tenaga kerja di Amerika Serikat dan Eropa masih kuat,” katanya.

Di sisi lain, perekonomian di China masih melanjutkan pemulihan setelah dibuka kembali pascapandemi.

Baca juga: OJK: Pasar saham menguat dengan dana asing masuk Rp12,29 triliun

Baca juga: OJK: Produk digital dukung KTT ASEAN majukan konektivitas pembayaran


“Langkah cepat dari otoritas terkait yang menangani gejolak perbankan di Amerika Serikat dan Eropa diharapkan dapat meredam penularan tekanan lebih lanjut secara global,” katanya.

Sementara itu, di dalam negeri, sektor jasa keuangan ditopang oleh indikator perekonomian terkini yang menunjukkan bahwa kinerja perekonomian masih solid dengan pertumbuhan 5,03 persen secara tahunan di kuartal I 2023 atau meningkat dari pertumbuhan di kuartal IV 2022 sebesar 5,01 persen.

Inflasi menurun dan terkendali saat Ramadhan dan Idul Fitri dengan langkah antisipatif pemerintah di antaranya melalui pengendalian harga pagan.

Industri manufaktur dalam negeri juga melanjutkan tren ekspansif selama 20 bulan berturut-turut yang ditunjukkan dengan PMI Manufaktur Indonesia yang tercatat naik menjadi 52,7 di April 2023 dari 51,9 di bulan sebelumnya.

“Neraca dagang Indonesia di Maret 2023 kembali mencatatkan surplus sekalipun menyempit akibat kontraksi ekspor yang lebih dalam dibandingkan kontraksi impor,” katanya.

Baca juga: OJK terbitkan aturan baru guna perkuat pengelolaan reksa dana

Baca juga: OJK terbitkan aturan tingkatkan kesehatan keuangan perusahaan asuransi


Pewarta: Sanya Dinda Susanti
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2023