Kupang (ANTARA) - Forum Rektor Indonesia menggerakkan 288 perguruan tinggi negeri (PTN) di Tanah Air untuk membantu penanganan stunting atau tumbuh terlambat di negeri ini.

"Dalam dua tahun terakhir ini kami menggerakkan kurang lebuh 288 perguruan tinggi di Indonesia untuk penanganan stunting," kata Ketua Forum Rektor Indonesia Fasli Jalal di Kupang, Jumat.

Dia menjelaskan bahwa Forum Rektor itu tersebar di seluruh provinsi di Indonesia, dan di setiap provinsi diketuai oleh salah satu perguruan tinggi negeri di daerah itu.

Baca juga: BNPT: Peran Forum Rektor dibutuhkan selesaikan radikalisme di kampus

Baca juga: Forum Rektor tekankan persiapan hadapi isu global di masa mendatang


Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) periode 2013-2014 itu mengatakan bahwa forum ini tidak hanya melibatkan perguruan tinggi negeri, tetapi juga melibatkan perguruan tinggi swasta.

"Seperti di NTT ini kan ketuanya rektor dari Undana dan melibatkan perguruan tinggi swasta," ujar dia.

Dia menjelaskan tugas dari Forum Rektor adalah melibatkan setiap perguruan tinggi untuk melakukan pendampingan kepada daerah-daerah yang kasus stuntingnya tinggi.

Pendampingan tersebut, lanjut dia, tidak hanya dilakukan oleh mahasiswanya, tetapi juga oleh dosennya, juga melakukan penelitian yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan daerah yang diteliti soal stunting.

"Tugas forum rektor ini membantu pemda agar angka stunting bisa turun," tambah dia.

Fasli yang pernah menjabat sebagai Wakil Menteri Pendidikan periode 2010 hingga 2011 itu menambahkan bahwa dia mengapresiasi berbagai program dan Pemprov NTT dalam rangka menurunkan angka stunting.

Baca juga: BRIN dan Forum Rektor Indonesia kerja sama bidang pendidikan dan riset

Hal ini dilakukan dengan metode by name by address yang sudah berjalan dengan bagus dan itu merupakan pekerjaan besar.

Akademisi dengan bidang keahlian/kepakaran di bidang gizi, pertumbuhan, dan perkembangan anak itu juga menambahkan bahwa NTT dalam beberapa program untuk menekan angka stunting telah melakukan pemberian makanan tambahan dengan ikan, kelor dan beberapa makanan tambahan lainnya.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2022, angka stunting turun dari 24,4 persen di tahun 2021 menjadi 21,6 persen di tahun 2022.

Sementara itu, untuk wilayah NTT, angka stunting turun menjadi 15,7 persen dari angka sebelumnya 17,7 persen di tahun 2022 dengan jumlah penderita mencapai 77.378 anak.
 

Pewarta: Kornelis Kaha
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2023