Jakarta (ANTARA) - Geoffrey Hinton, yang dikenal sebagai "bapak pelopor AI", mengingatkan bahwa kecerdasan buatan (artificial intelligent/AI) dapat menimbulkan ancaman yang mungkin "lebih mendesak" bagi umat manusia dibanding perubahan iklim.

"Saya tidak ingin meremehkan perubahan iklim. Saya tidak ingin mengatakan, 'Anda tidak perlu khawatir tentang perubahan iklim'. Itu (perubahan iklim) juga risiko yang sangat besar. Tapi, saya pikir ini (kecerdasan buatan) mungkin lebih mendesak," kata Hinton saat diwawancarai Reuters, Jumat (5/5).

Hinton memandang bahwa ancaman perubahan iklim bisa diatasi selama manusia melakukan langkah-langkah pencegahan seperti pengurangan emisi karbon. Akan tetapi, untuk kasus ancaman AI, tidak jelas langkah apa yang harus dilakukan untuk mengatasi hal tersebut.

Baca juga: Joe Biden temui Microsoft hingga Google bahas bahaya AI

OpenAI, yang didukung oleh Microsoft, dengan chatbot ChatGPT yang tersedia untuk umum menjadi aplikasi dengan pertumbuhan tercepat dalam sejarah hanya dua bulan setelah diluncurkan.

CEO Twitter Elon Musk bersama sekelompok pakar kecerdasan buatan dan eksekutif industri pada April sepakat untuk memberi jeda selama enam bulan terkait pengembangan ChatGPT yang lebih kuat, menimbang risiko bagi masyarakat.

Hinton mengatakan bahwa AI mungkin terbukti menjadi ancaman eksistensial bagi umat manusia. Akan tetapi, dia tidak setuju apabila penelitian terhadap AI dihentikan.

"Ini sama sekali tidak realistis. Saya di kubu yang berpikir ini adalah risiko eksistensial, dan itu cukup dekat sehingga kita harus bekerja sangat keras sekarang, dan mengerahkan banyak sumber daya untuk mencari tahu apa yang bisa kita lakukan," kata Hinton.

Uni Eropa menyerukan agar Presiden Amerika Serikat Joe Biden untuk mengadakan pertemuan global yang membahas arah masa depan teknologi.

Sementara Biden sendiri telah bertemu dengan sejumlah pemimpin perusahaan AI pada Jumat (5/5). Dia menjanjikan diskusi yang jujur ​​​​dan konstruktif tentang perlunya transparansi sistem yang dikembangkan perusahaan AI.

Baca juga: Pekerja diharapkan tingkatkan literasi di era AI

"Pemimpin teknologi paling memahaminya, dan politisi harus terlibat," kata Hinton mengingatkan.

"Itu (kecerdasan buatan) mempengaruhi kita semua, jadi kita semua harus memikirkannya," kata Hinton menambahkan.

Hinton belum lama ini mengumumkan bahwa dia keluar dari perusahaan induk Google Alphabet setelah bekerja selama satu dekade di perusahaan tersebut. Dengan keluarnya dia dari Alphabet, bapak pelopor AI itu mengatakan ingin berbicara secara bebas mengenai risiko-risiko teknologi tanpa mempengaruhi perusahaan.

Karya Hinton dianggap penting terkait dengan pengembangan sistem AI kontemporer. Pada 1986, dia terlibat sebagai penulis makalah tentang pengembangan jaringan saraf yang didukung AI. Pada 2018, Hinton dianugerahi Turing Award sebagai bentuk pengakuan atas terobosan penelitiannya.

Baca juga: Peneliti AS kembangkan sistem AI untuk bantu orang kesulitan bicara

Baca juga: Perintis AI Google mundur agar bisa bicara bebas tentang bahaya AI

Penerjemah: Rizka Khaerunnisa
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2023