Badai Narelle tidak menimbulkan efek yang berbahaya di daratan Indonesia, dan efeknya hanya terasa di wilayah perairan selatan Pulau Jawa,"
Yogyakarta (ANTARA News) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Yogyakarta menyatakan badai tropis Narelle di Samudra Hindia tidak menimbulkan efek berbahaya di daratan Indonesia.

"Badai Narelle tidak menimbulkan efek yang berbahaya di daratan Indonesia, dan efeknya hanya terasa di wilayah perairan selatan Pulau Jawa," kata Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Yogyakarta Tony Agus Wijaya di Yogyakarta, Kamis.

Ia mengatakan di wilayah daratan, badai tersebut hanya menimbulkan efek berupa angin kencang yang tidak seperti biasanya, dengan kecepatan rata-rata 0-10 kilometer per jam.

Efek itu, menurut dia, karena posisi wilayah Indonesia dilewati garis Katulistiwa yang tidak memungkinkan terjadi Badai Narelle.

"Justru kita patut bersyukur karena Badai Narelle tidak akan terjadi di Indonesia, tetapi hanya terkena efek atau `ekor` badai tersebut, karena sifat badai itu menjauhi wilayah yang berdekatan dengan garis Katulistiwa," katanya.

Badai Narelle, kata dia, diprediksikan akan muncul hingga 17 Januari 2013 di posisi 13.3 Lintang Selatan dan 116.1 Bujur Timur di sekitar perairan Nusa Tenggara Barat.

Mengenai efek di daratan, menurut dia hanya berupa angin kencang dengan kecepatan sekitar 30 kilometer per jam, dan terjadi merata di seluruh wilayah daratan, sehingga kecepatannya hanya separuh dari kecepatan puting beliung.

"Kalau puting beliung berdampak merusak, karena berupa pusaran yang terfokus di wilayah sempit sekitar satu kilometer persegi dengan kecepatan 40 kilometer per jam," katanya.

Oleh karena itu, kata dia, efek badai ini di daratan tidak perlu dikhawatirkan terlalu berlebihan, karena tidak membawa dampak merusak seperti halnya puting beliung.

"Kecepatannya masih separuh dari kecepatan puting beliung, serta tidak akan menimbulkan kerusakan pada bangunan," katanya.

Namun demikian, kata dia, dampak yang mengkhawatirkan akan terjadi apabila banyak pohon rapuh atau berusia tua yang belum dipangkas.

"Mungkin nanti dampaknya bisa berbahaya kalau masih ada batang pohon yang sudah rapuh. Oleh karena itu, ada baiknya mulai sekarang bisa dipangkas" katanya.

Meski demikian, menurut dia, badai tersebut perlu diwaspadai di wilayah laut selatan Pulau Jawa, Bali, serta Nusa Tenggara Barat.

"Sebab, efek dari badai ini mampu memicu tinggi gelombang laut hingga 3-4 meter," katanya.

Gelombang laut setinggi itu, kata dia, cukup berbahaya bagi pelayaran, terutama kapal nelayan berukuran kecil.
(KR-LQH/M008)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013