Program kesehatan mental di posyandu ini sejalan dengan upaya percepatan penurunan stunting yang menyasar kepada anak baduta dan balita
Jakarta (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan program terkait kesehatan mental yang diselipkan ke dalam posyandu bisa sangat bermanfaat untuk menekan angka prevalensi stunting yang masih 21,6 persen.

“Program kesehatan mental di posyandu ini sejalan dengan upaya percepatan penurunan stunting yang menyasar kepada anak baduta dan balita,” kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dalam keterangan resminya di Jakarta, Selasa.

Hasto menuturkan masalah gangguan mental emosional (mental emotional disorder) di Indonesia saat ini amat memprihatinkan. Dimana kondisi remaja dengan gangguan mental emosional ini angkanya naik dari 6,9 persen pada tahun 2013 menjadi 9,8 persen pada tahun 2018.

Artinya hampir 10 dari 100 anak mengalami gangguan jiwa, sehingga dibutuhkan sebuah program yang bisa menjaga kestabilan mental ibu ataupun calon ibu sejak usia muda, supaya tidak mengganggu pemberian pola asuh, kasih sayang, atau kekurangan gizi akibat kurangnya asupan ASI eksklusif di 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).

Sedangkan berdasarkan sebuah studi menunjukkan bahwa 86 persen ibu hamil berpotensi karena mengalami stres post partum. Kemudian empat dari 10 ibu dengan baby blues mengalami depresi memanjang.

Dengan kondisi seperti itu, Hasto menilai posyandu sebagai garda terdepan dan terdekat dalam memberi pelayanan kesehatan ibu hamil, menyusui, dan balita, bisa menjadi sebuah fasilitas kesehatan yang memiliki model intervensi edukasi dan deteksi gangguan kesehatan mental.

Baca juga: Pemerintah diminta prioritaskan isu kesehatan mental orang tua

Sehingga dalam menemukan solusi dari permasalahan tersebut, BKKBN sedang mengadakan dialog bersama Dewan Komunitas Wanita Indonesia Keren (WIK) sebuah organisasi wanita yang menginisiasi Program Intervensi Kesehatan Mental di Posyandu.

“Oleh karenanya, program akan didiskusikan pada expert meeting tanggal 17 Juni 2023 mendatang dan akan diimplementasikan dalam berbagai program percepatan penurunan stunting di Kota Semarang,” ujarnya.

Dewan Pendiri WIK Maria Stefani Ekowati menambahkan saat ini terjadi peningkatan kasus gangguan kesehatan mental pada ibu hamil dan menyusui.

Ia mengatakan enam dari 10 ibu menyusui di Indonesia merasa tidak bahagia. Hal ini menjadi salah satu tanda awal gangguan kesehatan mental, karena layanan Atenatal Care (ANC) di posyandu belum memasukkan aspek edukasi dan intervensi kesehatan mental.

“Bisa kita manfaatkan karena tingkat kepercayaan ibu terhadap posyandu masih sangat tinggi. Penyuluhan posyandu sebagai sumber informasi utama kesehatan ibu mencapai 89 persen,” kata dia.

Baca juga: SCI: Kondisi psikologis orang tua pengaruhi risiko kekerasan pada anak
Baca juga: Menko PMK: Posyandu berperan penting dalam penanganan stunting


Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023