Perubahan ekspektasi di pasar terjadi karena data tenaga kerja AS yang membaik
Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada akhir perdagangan Selasa melemah seiring perubahan ekspektasi pasar terhadap kebijakan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed.

Rupiah pada Selasa ditutup turun 31 poin atau 0,21 persen ke posisi Rp14.742 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.711 per dolar AS.

"Perubahan ekspektasi di pasar terjadi karena data tenaga kerja AS yang membaik," ungkap Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra saat dihubungi di Jakarta, Selasa.

Baca juga: Rupiah melemah seiring pasar nantikan laporan inflasi AS

Ia mengatakan perbaikan tenaga kerja AS masih menjadi pendorong penguatan dolar AS terhadap rupiah. Saat ini, indeks dolar AS tercatat naik 0,12 persen ke level 101,49.

Dengan demikian, pasar menjadi tidak yakin dengan kemungkinan The Fed akan menahan suku bunga dalam kurun waktu yang lama.

Selain itu, pasar menunggu perkembangan data ekonomi penting Negeri Paman Sam lainnya, khususnya data, inflasi yang akan dirilis besok malam.

"Kenaikan inflasi melebihi ekspektasi bisa membuyarkan ekspektasi pasar bahwa Fed akan menahan kenaikan suku bunga acuannya," ujar dia lagi.

Dari domestik, kata Ariston, penurunan cadangan devisa pada bulan April 2023 kemungkinan mengindikasikan terdapat permintaan dolar AS yang tinggi sementara suplai terbatas, sehingga memberikan tekanan ke rupiah.

Rupiah pada pagi hari dibuka merosot ke posisi Rp14.711 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp14.711 per dolar AS hingga Rp14.742 per dolar AS.

Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Selasa menurun ke posisi Rp14.757 per dolar AS dibandingkan posisi sebelumnya Rp14.709 per dolar AS.

Baca juga: Rupiah turun di tengah data tenaga kerja AS lebih kuat dari ekspektasi

Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2023