Jakarta (ANTARA News) - PT Indonesia Power (IP) memastikan jadwal Initial Public Offering (IPO) atau penawaran saham perdananya mundur dari target semula pada tahun ini menjadi 2007. Dirut IP, Abimanyu Suyoso, usai rapat dengar pendapat membahas Rancangan Undang-Undang (RUU) Ketenegalistrikan dengan Komisi VII DPR di Jakarta, Rabu, mengatakan bahwa mundurnya jadwal IPO itu lantaran berubahnya rencana bisnis menyusul rencana pemerintah membangun pembangkit 10.000 MW dalam tiga hingga empat tahun mendatang. "Kita harus susun lagi rencana bisnis ke depan terkait rencana pembangunan pembangkit 10.000 MW itu. Jadi, dari target IPO, sesuai perintah RUPS pada tahun ini, akan mundur hingga tahun depan," katanya. Abimanyu mengatakan, pihaknya tidak mungkin memaksakan pelaksanaan IPO pada tahun ini dengan waktu yang tersisa. Padahal, IP sudah melakukan road show ke sejumlah investor di luar negeri, seperti Boston, New York, London, Singapura, dan Hongkong. "Saat road show itu, mereka memberikan respon bagus, karena bisnis pembangkit energi di Indonesia memang prospektif," katanya. IP menargetkan untuk melepas 10 persen sahamnya dalam IPO, dan dengan ekuitas saat ini senilai Rp49 triliun, maka nilai saham yang dilepas dalam IPO mencapai Rp4,9 triliun. Mengenai rencana pembangunan pembangkit 10.000 MW, Abimanyu mengemukakan, hingga saat ini masih menunggu kepastian secara resmi rencana tersebut. Namun, menurut dia, perusahaannya merencanakan mendapat bagian membangun pembangkit 2 x 600 MW di dekat PLTU Suralaya, Banten, dalam program tersebut. "Kami siap membangun paling tidak 2 x 600 MW. Tapi, kita tunggu kepastian resmi dulu," katanya. IP merupakan anak perusahaan PT PLN (Persero) yang mengelola sejumlah pembangkit di seluruh Indonesia. Sebagian besar pembangkit IP berada di Jawa-Bali seperti PLTU Suralaya dengan kapasitas sekitar 3.000 MW. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006