Surabaya (ANTARA) - Rektor Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Prof. Dr. Mohammad Nasih menekankan pentingnya kontribusi pendidikan kepada enam guru besar atau profesor baru yang dikukuhkan di kampus setempat, Rabu.

Keenam guru besar tersebut ialah Prof. Dr. Noorlailie Soewarno SE., M.B.A., Ak., Prof. Dr. Wasiaturrahma SE., M.Si., Prof. Rossanto Dwi Handoyo SE., M.Si., PhD., Prof. Dr. Agung Sosiawan drg., MKes., Prof. Dr. Dra. Indrianawati Usman M.Sc., dan Prof. Dr. Sri Herianingrum SE., MSi.

"Perguruan tinggi yang komprehensif adalah perguruan tinggi yang tidak hanya bagus dan execellence di bidang pembelajaran, tetapi juga bagus di bidang riset dan pengembangan ilmu pengetahuan serta inovasi," ujar Prof. Nasih.

Baca juga: Guru besar Unair temukan senyawa tanaman obat antikanker dan DBD

Ia menambahkan menjadi guru besar tentunya akan semakin besar amanah yang diemban, terutama perihal pengembangan komunitas pendidikan di berbagai lini.

Jabatan guru besar pun kerap dianggap sebagai insan terdidik yang mampu menjadi sumber rujukan bagi kajian ilmu tertentu. Maka, menurutnya, seorang pendidik harus memegang teguh tanggung jawab tersebut.

"Dengan jabatan guru besar ada kewenangan-kewenangan tertentu yang sudah dipegang. Termasuk di dalamnya melakukan riset, bimbingan, dan pengujian terhadap calon-calon akademisi," tambahnya.

Prof. Nasih berbicara perihal pengembangan teknologi di dunia yang sejalan dengan perkembangan dunia pendidikan. Baginya, pendidik memiliki kontribusi besar dan linear dengan perkembangan dunia.

Apalagi, ilmu pengetahuan dapat menjadi dua mata pisau, yakni sisi positif dan negatif. Tidak jarang pengetahuan justru didesain hanya untuk memenuhi kepentingan pemilik modal.

Menurutnya, banyak fenomena yang dibicarakan dengan tendensi positif. Padahal, realitasnya justru sebaliknya. Ilmu pengetahuan malah kerap dijadikan sebagai alat manipulasi. Maka dari itu, masyarakat dituntut untuk semakin jeli dengan informasi-informasi yang tersebar di sekitar.

Baca juga: Unair tambah lima guru besar baru

Baca juga: Guru besar Unair ajak optimalkan rempah tradisional cegah Covid-19


"Misalnya pertumbuhan UMKM itu 50 persen, bahkan 200 persen. Sementara pertumbuhan industri besar hanya lima persen. Menilik dari komposisi persentasenya mungkin benar, tapi coba lihat realitas yang sesungguhnya," ucap Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unair tersebut.

Ia berharap ide dan gagasan guru besar dapat terealisasi, sehingga mampu memberikan kebermanfaatan nyata kepada masyarakat. Kelak, masyarakat Indonesia bisa menjadi tuan di negerinya sendiri dengan berdikari, bahkan dunia.

"Kami berharap dengan kontribusi guru besar baru dapat memberikan alternatif bagaimana agar tata dunia baru ini bisa lebih adil, proporsional, dan ini harus dilakukan dengan banyak penelitian," tuturnya.

Pewarta: Willi Irawan
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2023