Kalau kita mendengar dari pemerintah yang terus mendorong hilirisasi, potensi kebutuhan pembiayaan untuk hilirisasi itu sangat tinggi
Jakarta (ANTARA) - Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia (BI) Yati Kurniati mengatakan pembiayaan hilirisasi berpeluang mengakselerasi pertumbuhan kredit lebih lanjut, sejalan dengan permintaan pembiayaan hilirisasi yang masih terbuka.

"Kalau kita mendengar dari pemerintah yang terus mendorong hilirisasi, potensi kebutuhan pembiayaan untuk hilirisasi itu sangat tinggi," kata Yati dalam acara Peluncuran Buku: Kajian Stabilitas Keuangan Nomor 40 di Jakarta, Rabu.

Baca juga: Hilirisasi terkendala tentangan negara maju hingga pembiayaan

Data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menunjukkan adanya kebutuhan investasi hilirisasi pada lima tahun ke depan sebesar 153 miliar dolar AS.

Kebutuhan itu terdiri dari senilai 108 miliar dolar AS di sektor energi, sebesar 10 miliar dolar AS di sektor batu bara, sebanyak 19 miliar dolar AS di sektor minyak dan gas, senilai 13 miliar dolar AS di sektor pertanian dan perkebunan, serta sebesar 3 miliar dolar AS di sektor perikanan.

Selain itu, data BKPM turut menunjukkan pembiayaan hilirisasi (smelter) masih didominasi utang luar negeri (ULN), sehingga porsi pembiayaan dalam negeri masih minim.

Yati menyebutkan berbagai data BKPM tersebut merupakan potensi pembiayaan hilirisasi untuk mendorong intermediasi perbankan, selain berbagai cara yang saat ini sedang dilakukan dalam mendorong kredit.

Di sisi lain, ia turut berharap hilirisasi di sektor pertanian, perkebunan, bahan pangan, perikanan, dan maritim agar didorong lebih gencar. Pasalnya, sektor-sektor tersebut bisa memperkecil disparitas pendapatan masyarakat lantaran cakupannya lebih banyak ke perusahaan-perusahaan kecil.

"Jadi langkah tersebut bisa dilakukan agar hilirisasi tidak melulu di sektor tambang yang cakupan perusahaannya lebih ke korporasi menengah ke atas," ungkap dia.

Baca juga: Bahlil minta perbankan dukung pembiayaan hilirisasi

Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2023