Jakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) hingga Rabu petang telah mencatat 32 kali kejadian gempa bumi di wilayah Selat Sunda setelah gempa dengan magnitudo 5,4 yang terjadi pada Rabu siang pukul 11.24 WIB.

"Hingga pukul 18.13 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan adanya 32 aktivitas gempa bumi dengan magnitudo terbesar 5,1 dan yang terkecil 2,3," kata Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono di Jakarta, Rabu.

Ia mengatakan bahwa gempa bumi yang terjadi di Selat Sunda pada Rabu merupakan gempa dangkal yang disebabkan oleh aktivitas sesar aktif.

Menurut Daryono, gempa tersebut bukan gempa megathrust, gempa sangat besar yang terjadi di zona subduksi.

"Sehingga masyarakat pesisir tidak perlu cemas atau khawatir dan tetap beraktivitas seperti biasa," katanya.

Ia menjelaskan, hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi yang terjadi di Selat Sunda memiliki mekanisme pergerakan geser.

"Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi (menimbulkan) tsunami," katanya.

Daryono mengimbau warga menghindari bangunan yang retak atau rusak akibat gempa serta memastikan bangunan tempat tinggal tidak mengalami kerusakan yang dapat membahayakan kestabilan bangunan sebelum kembali ke dalam rumah.

Baca juga:
Gempa dangkal di Selat Sunda akibat aktivitas sesar aktif
Regangan tektonik Selat Sunda dapat tingkatkan potensi erupsi Krakatau

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2023