Seoul (ANTARA) - Kementerian Luar Negeri Korea Utara telah mengingatkan Jepang untuk tidak bergabung ke kelompok konsultatif nuklir (NCG) antara Korea Selatan dan Amerika Serikat (AS) yang baru-baru ini diumumkan.

Menurut kementerian tersebut, tindakan itu akan membuat situasi di wilayah Asia Timur Laut tidak stabil.

Kelompok tersebut, yang diumumkan saat kunjungan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yool ke AS bulan lalu, akan mendorong AS memberikan Korea Selatan lebih banyak wawasan dan pendapat terkait perencanaan nuklir atas setiap konflik dengan Korea Utara.

"Jika Jepang bersikeras membentuk aliansi militer tripartit yang dipimpin AS...itu akan menjerumuskan Asia Timur Laut ke dalam ketidakstabilan dan akhirnya mengubahnya menjadi lautan api, di mana itu akan hancur," kata Kim Sol Hwa dari Institut Kajian Jepang Kementerian Luar Negeri Korea Utara di sebuah artikel.
Baca juga: Warga korsel sambut kunjungan PM Jepang ke Seoul dengan unjuk rasa

Komentar tersebut ditujukan kepada Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, yang mengunjungi Korea Selatan pada Minggu (7/5), dan mengkritik kunjungan tersebut telah "meningkatkan kekhawatiran kawasan dan masyarakat internasional".

Kunjungan Kishida ke Korea Selatan itu adalah kunjungan pertama yang dilakukan oleh pemimpin Jepang dalam 12 tahun terakhir.

Kelompok konsultatif nuklir itu diumumkan sebagai bagian dari "Deklarasi Washington" yang dibuat saat kunjungan Yoon ke AS.
Baca juga: Tokyo-Seoul kian mesra setelah PM Kisidha bertemu parlemen Korsel

Yoon mengatakan deklarasi tersebut sudah "meningkatkan" aliansi Korea Selatan dengan AS dan bahwa Jepang tidak dikesampingkan untuk bergabung ke kelompok tersebut.

Deklarasi itu juga mencakup janji oleh Korea Selatan untuk tidak mengejar upaya bom nuklirnya sendiri meskipun survei baru-baru ini menunjukkan bahwa mayoritas menginginkan Korea Selatan untuk memilikinya.

Jepang dan Korea Selatan dikabarkan akan menyetujui penghubungan radar kedua negara dengan menggunakan sistem Amerika Serikat untuk berbagi informasi mengenai rudal balistik Korea Utara, kata seseorang yang mengetahui persoalan itu pada Selasa (9/5).

Kantor Kepresidenan Korea Selatan pada Senin juga mengatakan negara itu akan membentuk sebuah kelompok dengan Jepang dan Amerika Serikat untuk berbagi informasi mengenai rudal Korea Utara, menurut laporan kantor berita Yonhap.

Sumber: Reuters

Baca juga: Kishida, PM Jepang pertama yang kunjungi Korsel dalam lima tahun

Penerjemah: Raka Adji
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2023