Meskipun lingkungan yang sangat menantang di tingkat global, ekonomi Indonesia berkinerja relatif baik atau bahkan mendekati excellent
Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan ekonomi Indonesia tetap tumbuh baik di tengah kondisi ekonomi global yang menantang saat ini.

"Meskipun lingkungan yang sangat menantang di tingkat global, ekonomi Indonesia berkinerja relatif baik atau bahkan mendekati excellent," kata Menkeu Sri Mulyani dalam 2nd International Conference on Muslim World Economy and Business (ICMWEB) yang dipantau virtual di Jakarta, Rabu.

Menkeu Sri Mulyani menuturkan Indonesia termasuk negara keempat dengan penduduk terpadat di dunia dan sepuluh ekonomi terbesar dengan pertumbuhan sektor e-commerce tercepat setelah Vietnam.

Keberhasilan penanganan COVID-19 tidak hanya memberikan kepercayaan diri tetapi juga percepatan momentum pemulihan ekonomi di mana Indonesia mencatat enam triwulan berturut-turut dengan pertumbuhan di atas 5 persen.

Indonesia mencatatkan pertumbuhan ekonomi 5,31 persen sepanjang tahun 2022, dan pada kuartal I-2023 sebesar 5,03 persen. Menurut Menkeu, hal itu merupakan pencapaian luar biasa di tengah ekonomi global yang sedang menghadapi pelemahan.

Meskipun kondisi global di mana banyak negara memburuk, pertumbuhan ekonomi melemah, inflasi sangat tinggi dan meningkat, serta defisit terus melebar, ekonomi Indonesia tetap tangguh.

"Ini adalah Indonesia yang sangat sukses dalam mengelola ketidakpastian ekonomi global dan juga fragmentasi, tetapi di sisi lain juga penanganan dari COVID-19 menjadi upaya bersama yang terkoordinasi untuk memulihkan ekonomi dengan cara yang sangat efektif," ujarnya.

Sebagai hasilnya, momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia terus kuat, dan inflasi telah berkurang tanpa kenaikan suku bunga secara berlebihan oleh bank sentral untuk menjinakkan inflasi.

PMI manufaktur Indonesia juga tumbuh lebih kuat dari 51,9 pada Maret 2023, meningkat menjadi 52,7 persen pada April 2023. Konsumsi rumah tangga juga meningkat.

Saat ini dunia sedang menghadapi situasi pascapandemi COVID-19. Pandemi COVID-19 telah menurun secara signifikan dan baru-baru ini Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan bahwa darurat kesehatan global COVID-19 berakhir tahun ini.

Sayangnya, lanjut Menkeu Sri Mulyani, ketika risiko pandemi itu sudah surut, lanskap ekonomi global menghadapi banyak tantangan dan mengancam pemulihan ekonomi global.

Hal tersebut dikarenakan perang antara Ukraina dan Rusia dan ketegangan geopolitik yang telah menciptakan tekanan besar pada harga komoditas dan menyebabkan ketidakpastian global. Fragmentasi geoekonomi menjadi semakin dalam dan melebar. Akibatnya, inflasi di banyak negara maju meningkat bahkan di negara berkembang.

Tingkat inflasi yang masih tinggi di sejumlah negara maju seperti Amerika Serikat dan beberapa negara di Eropa direspons dengan kenaikan suku bunga yang akan memperlemah pemulihan ekonomi. Di sisi lain, keterbukaan ekonomi China akan sedikit meningkatkan proyeksi global.

Dana Moneter Internasional (IMF) telah memproyeksikan dalam World Economic Report bahwa ekonomi global akan melambat cukup signifikan yakni hanya tumbuh 2,8 persen pada 2023 dibandingkan tahun lalu 3,4 persen, dan untuk tahun depan diperkirakan sedikit membaik ke level 3 persen.

Baca juga: Menkeu: Indonesia terus tingkatkan kualitas SDM dan infrastruktur
Baca juga: Menkeu: Indonesia terus lakukan reformasi perkuat fundamental ekonomi
Baca juga: Menkeu: Masalah dunia saat ini lebih kompleks dibanding era pandemi

 

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023