Perbedaan suku bunga terus condong mendukung dolar AS.
New York (ANTARA) - Dolar AS menguat terhadap euro dan sterling pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), dan berada di jalur untuk kenaikan mingguan terbesar sejak Februari, karena investor beralih ke mata uang safe haven setelah data sentimen konsumen memicu kekhawatiran tentang plafon utang AS dan kebijakan moneter.

Sebuah survei Universita Michigan pada Jumat (12/5) menunjukkan sentimen konsumen AS Mei merosot ke level terendah enam bulan di tengah kekhawatiran bahwa perselisihan politik atas kenaikan batas utang pemerintah federal dapat memicu resesi.

Ekspektasi inflasi jangka panjang konsumen melonjak ke level tertinggi sejak 2011. Hal itu dapat mempengaruhi Federal Reserve yang mengisyaratkan minggu lalu bahwa ia dapat menghentikan kenaikan suku bunga.

"Perbedaan suku bunga terus condong mendukung dolar," kata Karl Schamotta, Kepala Strategi Pasar Corpay, di Toronto.

"Kejutan dalam survei sentimen konsumen Universitas Michigan melukiskan semacam gambaran stagflasi untuk ekonomi AS dan salah satu yang dapat membenarkan kenaikan suku bunga lainnya pada pertemuan Fed Juni, tetapi tentu saja akan mengurangi kemungkinan penurunan suku bunga di paruh kedua tahun ini," katanya pula.

Data terbaru menunjukkan ekonomi yang melambat telah mendorong kemungkinan bahwa Fed akan menghentikan kenaikan suku bunga pada pertemuan Juni.

Data juga menunjukkan inflasi indeks harga konsumen AS mendingin menjadi 4,9 persen tahun-ke-tahun pada April. Selain itu, klaim pengangguran mingguan naik lebih kuat dari yang diharapkan.

Tetapi pasar tenaga kerja tetap ketat, dengan 1,6 lowongan pekerjaan untuk setiap pengangguran pada Maret, jauh di atas kisaran 1,0-1,2 konsisten dengan pasar yang tidak menghasilkan terlalu banyak inflasi.

Gubernur Fed Michelle Bowman mengatakan bank sentral mungkin perlu menaikkan suku bunga lebih lanjut jika inflasi tetap tinggi.

Pound turun 0,5 persen menjadi 1,2448 dolar, sementara euro melemah 0,6 persen menjadi 1,0851 dolar, sehari setelah jatuh ke level terendah satu bulan.

Itu membuat indeks dolar terangkat 0,6 persen pada 102,69, membukukan kenaikan mingguan sebesar 1,4 persen - kenaikan mingguan terbesar sejak Februari.

Joe Manimbo, analis pasar senior di Convera, mencatat bahwa peningkatan inflasi AS mendorong beberapa skeptisisme tentang penurunan suku bunga The Fed akhir tahun, dan pandangan bahwa bank sentral lain mungkin lebih dekat untuk menghentikan kenaikan suku bunga juga telah membebani mata uang Eropa.

"Penguatan dolar minggu ini bersifat multidimensi. Uang telah berfungsi sebagai pelabuhan yang aman dari kekhawatiran tentang ekonomi China yang lemah dan volatilitas di Wall Street," tulis Manimbo.

"Meskipun lebih kuat, masih terlalu dini untuk mengatakan apakah pelemahan dolar telah berbalik arah. Pasar perlu mengambil pemotongan suku bunga untuk memberikan traksi terbalik yang berarti bagi greenback."

Pedagang berjangka memperkirakan jeda pada Juni, dan suku bunga dana Fed jatuh di akhir tahun. Kisaran target The Fed berdiri di 5,0 persen hingga 5,25 persen, telah meningkat pesat dari 0 persen sejak Maret 2022.
Baca juga: AS belum pernah gagal bayar utang meski capai 31,45 triliun dolar AS
Baca juga: Dolar AS sedikit menguat didorong prospek kenaikan suku bunga Fed

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2023