Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa terdapat istri nelayan yang ikut melaut bersama suami dan menjual ikan namun tidak memiliki kartu nelayan
Jakarta (ANTARA) - Co-founder Toma Maritime Center Rima Baskoro mengatakan hasil penelitian mengungkapkan sejumlah istri nelayan belum memiliki kartu nelayan yang bermanfaat bagi para nelayan.
 
"Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa terdapat istri nelayan yang ikut melaut bersama suami dan menjual ikan namun tidak memiliki kartu nelayan," katanya melalui keterangan tertulis yang diterima  di Jakarta, Sabtu.
 
Rima mengatakan kartu nelayan penting manfaatnya untuk para pekerja perikanan, salah satunya sebagai asuransi kecelakaan kerja.
 
Dia menyebutkan kartu nelayan diterbitkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sebagai identitas pelaku usaha kelautan dan perikanan serta berfungsi sebagai basis data untuk memudahkan perlindungan dan pemberdayaan nelayan.
 
"Tak hanya itu, kartu nelayan diterbitkan juga sebagai pelayanan, pembinaan, serta sarana pemantauan evaluasi pelaksanaan program KKP," ujarnya.
 
Berdasarkan penelitian tersebut, Rima mengungkapkan para istri nelayan tersebut tidak memiliki kartu nelayan karena ketidaktahuan mereka soal kartu nelayan

"Mereka berpikir mereka tidak membutuhkannya, serta merasa sudah cukup suami saja sebagai kepala keluarga yang memiliki kartu nelayan," sambungnya.
 
Rima menyatakan akar permasalahannya adalah kurangnya diseminasi tentang kartu nelayan ke masyarakat, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kartu nelayan, dan stigma patriarki yang tidak seimbang sehingga memposisikan laki-laki harus diutamakan dalam menerima kartu nelayan sebagai kepala keluarga.
 
"Padahal para istri nelayan ikut melaut, menangkap ikan, hingga menjual ikan dan menghasilkan uang. Resiko kecelakaan kerja, bahkan kematian, yang dihadapi para istri nelayan sama dengan suaminya sebagai nelayan, maka layak untuk mendapatkan proteksi yang sama seperti suaminya melalui kartu nelayan." ujarnya.
 
Penelitian tersebut dilakukan kepada sejumlah istri nelayan yang ada di Ambon dan Saparua, Provinsi Maluku serta dipresentasikan kepada sekitar 50 peserta dari 25 negara yang hadir dalam konferensi tersebut.


Baca juga: BMKG: Gelombang tinggi di pantai barat Aceh berbahaya bagi nelayan
Baca juga: Terdampak abrasi, "huntara" nelayan di Mataram dibangun permanen

Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Desi Purnamawati
Copyright © ANTARA 2023